Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun politik, 2024. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru World Economic Outlook edisi Juli yang berjudul Near-Term Resilience, Persistent Challenges yang dirilis, Selasa malam (25/7/2023).
Lembaga moneter dunia ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 dari 5,1% menjadi 5%. Sementara itu, IMF tetap memasang perkiraan 5% untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini.
Pemangkasan proyeksi ini belum dipaparkan secara terperinci berdasarkan wilayah. Namun, IMF mellihat adanya pelemahan pertumbuhan bagi negara-negara yang ekspornya bergantung pada komoditas.
Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengungkapkan kawasan Asia akan tumbuh kuat 5,3% pada tahun ini tetapi negara-negara penghasil komoditas akan ‘menderita’ karena melemahnya ekspor.
“Negara emerging dan berkembang di Asia akan tumbuh kuat 5,3%. Namun, banyak produser komoditas yang akan menderita karena penurunan penerimaan pendapatan ekspor,” tutur Gourinchas, dalam konferensi pers, dikutip dari website resmi IMF.
Apa yang dikhawatirkan IMF sebenarnya telah terbaca di Tanah Air. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui Indonesia mulai terkena dampak dari pelemahan ekonomi global. Hal ini langsung terlihat pada data ekspor pada Juni 2023 yang turun 21,2% secara year on year (yoy).
“Ekspor sampai Juni US$ 20,61 miliar ini kontraksi atau turun 21,2% dibandingkan tahun lalu,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, melalui kanal Youtube Kementerian Keuangan, dikutip Rabu (26/7/2023).
Impor juga turun tajam pada Juni 2023. Menurut Sri Mulyani, penyebabnya adalah industri manufaktur yang khususnya berorientasi ekspor mengalami tekanan pelemahan permintaan global.
“Jadi pasti terpengaruh dengan potensi demand yang lebih kecil,” kata Sri Mulyani.
Efek pelemahan di neraca perdagangan ini sudah terpancar dalam penerimaan pajak. Tren penerimaan pajak mengalami penyusutan sejak awal tahun hingga semester I-2023. Penerimaan pajak memang tercatat meningkat, namun peningkatannya tidak setinggi bulan-bulan sebelumnya.
Kemenkeu melaporkan penerimaan pajak mencapai Rp970,20 triliun pada semester I-2023. Angka ini naik sebesar 56,47% dari target APBN. Akan tetapi, jika dilihat bulan per bulan, pertumbuhannya tidak lagi double digit seperti awal tahun.
“Awal tahun masih tumbuh 48% (Januari), kalau kita lihat secara kumulatif, kalau kita lihat sekarang sudah di 9,9% (Juni),” kata Sri Mulyani.
Penurunan ini disebabkan adanya efek tidak terulang dari kebijakan PPS atau tax amnesty jilid II dan harga komoditas yang mengalami normalisasi.
“Harga minyak mengalami penurunan dan berbagai impor yang mengalami kontraksi,” kata Sri Mulyani. Kendati demikian, pemerintah tetap optimistis ekonomi Indonesia pada 2024 bisa tumbuh di kisaran 5,1% sampai 5,7%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan berada di kisaran 5%-5,3%. Hal ini dilandasi oleh konsumsi rumah tangga yang masih kuat.
Sumber : www.cnbcindonesia.com
Leave a Reply