Sri Mulyani Sebut Penerimaan Pajak Daerah Naik 120 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga 2022 di atas 5,7 persen, dan kuartal keempat diprediksi tetap kuat di atas 5 persen. Dia melihat konsumi masyarakat masih tumbuh sangat kuat, mobilitas di akhir tahun juga meningkat, bahkan penerimaan pajak juga ikut naik.

“Saya melihat penerimaan pajak di daerah-daerah dari sisi pajak restoran, hotel, parkir naiknya itu tidak 11 persen atau 20 persen. Naiknya itu 60 persen bahkan 120 persen pertumbuhannya. Tidak hanya fenomena di Jakarta, ini fenomena di hampir semua daerah,” ujar dia di acara CEO Banking Forum yang digelar virtual pada Senin, 9 Januari 2023.

Menurutnya, ekonomi di semua pulau di Indonesia sudah tumbuh. Bahkan Pulau Sumatera tercatat paling rendah pertumbuhannya mampu tumbuh hingga 4,7 persen. Artinya, di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19, Indonesia justru tumbuh positif.

Selain itu, Sri Mulyani menambahkan, harga komoditas dan masyarakat sudah pulih kembali dari pandemi. Untuk perbankan, selama Covid-19, dana pihak ketiga naik double digit. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok menengah ke atas mulai tumbuh dan berkonsumsi. “Itu adalah yang mendukung pemulihan ekonomi kita.”

Investasi pun sudah mulai tumbuh mendekati 6 persen. Pun kredit di perbankan. Sedangkan capital market masih tumbuh di atas 4 persen. Meskipun seluruh dunia tahun 2022 ditutup dengan kalimat ‘the brutal year’, salah satunya dari New York Stock Exchange, di mana US$ 30 triliun valuasi hilang pada 2022.

“Jadi itu yang saya sebutkan tadi 2022 was not an ordinary time,” kata Sri Mulyani.

Sebelumnya, Sri Mulyani membeberkan realisasi penerimaan dari anggaran pendapatan dan belanja atau APBN 2022. Melihat dari pendekatan waktu saat menyusun APBN 2022, kata Sri Mulyani, saat itu pendapatan negara diasumsikan hanya Rp 1.846,1 triliun. Kemudian, direvisi ke atas dengan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 menjadi Rp 2.266,2 triliun.

Sementara itu realisasi yang dikumpulkan adalah 2.626,4 triliun. “Dalam hal ini realisasi ini adalah 115,9 persen dari Perpres 98 yang sudah direvisi kalau dibandingkan APBN awal ini naiknya sudah ke mana-mana. Luar biasa lebih tinggi,” kata Sri Mulyani pekan lalu.

Adapun komposisinya, Sri Mulyani melanjutkan, dimulai dari pajak yang pada awal tahun lalu ditargetkan Rp 1.265 triliun yang direvisi ke atas menjadi Rp 1.485 triliun. Realisasinya yang dikumpulkan Rp 1716,8 triliun atau 115,6 persen dari revisi yang sudah dinaikan.

Sedangkan pajak tumbuh 34,3 persen dibandingkan penerimaan pajak tahun 2021. Tahun sebelumnya itu penerimaan pajak adalah Rp 1.278 triliun atau tumbuh 19,3 persen. Tahun ini tumbuh lebih tinggi lagi menjadi 34,3 persen. 

Begitu pula untuk pendapatan dari kepabeanan dan cukai, yang menurut Sri Mulyani juga cukup baik kinerjanya. Sebetulnya, dia berujar, pada APBN 2022 bea dan cukai diharapkan target awalnya Rp 245 triliun kemudian direvisi menjadi Rp 299 triliun.

Namun ternyata bisa mengumpulkan Rp 317,8 triliun atau  106,3 persen dari revisi melalui Perpres 98 atau tumbuh 18 persen dari realisasi tahun sebelumnya yang terkumpul Rp 269 triliun. Tahun sebelumnya bea dan cukai itu sudah tumbuh sangat tinggi 26,4 persen.

Sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP, Sri Mulyani menjelaskan, menunjukkan sebuah cerita yang luar biasa. Di APBN awal PNBP ditargetkan Rp 335,6 triliun, maka pada pertengahan tahun lalu direvisi ke atas dengan cukup signifikan yaitu targetnya dinaikkan menjadi Rp 481,6 triliun.

“Realisasinya Rp 588,3 triliun itu adalah kenaikan 28,3 persen dari tahun lalu yang sudah melonjak naik yaitu di level Rp 458,5 triliun,” ujarnya.

Sumber: bisnis.tempo.co

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only