Coretax DJP, Momentum Ditjen Pajak Punya Sifat Digital Native Ini

Pengembangan coretax administration system (CTAS) menjadi momentum bagi Ditjen Pajak (DJP) menjadi future state organization.

Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak Iwan
Djuniardi mengatakan dalam konsep future state organization, ada transformasi
menuju institusi yang berbasis teknologi digital.

“Coretax ini akan me-lead organisasi menjadi future state organization. Jadi, kami juga ingin DJP itu punya empat sifat atau digital native,” ujarnya dalam sebuah webinar, dikutip pada Rabu (5/6/2024).

Keempat aspek digital native yang dimaksud adalah, pertama, berinovasi dengan
kecepatan yang jauh lebih besar dibandingkan bisnis tradisional. Dalam aspek ini,
menurut Iwan, harus ada kesadaran bahwa inovasi merupakan sebuah kebutuhan.

“Bukan lagi suatu hal yang baru. Inovasi itu memang kebutuhan karena teknologi
disruptif, wajib pajak berubah, dinamika bisnis sangat cepat. Jadi, inovasi itu yang
coba kita bangun selain kita bangun sistem,” katanya.

Kedua, merangkul risiko sambil terus belajar dan beradaptasi. Para pegawai DJP tidak
bisa menghindari risiko karena ada tujuan majunya institusi. Dalam konteks ini, Iwan mengatakan manajemen risiko harus kuat.

“Sistem juga bisa membantu orang-orang DJP bisa merangkul risiko. Yang paling
penting itu harus dibantu dengan sistem,” imbuhnya.

Ketiga, berorientasi pada kebutuhan masyarakat atau customer-centric serta sumber
daya manusia yang berdaya guna. Keempat, mendorong operasional yang efisien,
sumber pendapatan baru, serta loyalitas customer melalui penggunaan teknologi dan
data.

Dalam konteks teknologi dan data, Iwan menjabarkan adanya pemanfaatan artificial
intelligence (AI), penggunaan data analytic yang maju, serta pemanfaatan graph
database untuk pendeteksian adanya fraud.

Iwan juga memberi contoh penggunaan teknologi dan data juga bisa diakselerasi
untuk kasus-kasus transfer pricing. Ada kemungkinan otoritas mencari arm’s length
price dan hubungan Istimewa dengan menggunakan graph database.

“Ini akan dikembangkan terus. Sehingga yang kita harapkan kultur yang akan
dibangun adalah believing then seeing. Sebab kalau kita seeing then believing, kita
akan selalu ketinggalan. Kami harus di depan. Jangan sampai ketinggalan,” kata Iwan.

Sumber : news.ddtc.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only