Prospek ekonomi tahun depan akan lebih bergantung pada kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) daripada pemotongan pajak, menurut kepala ekonom EY-Parthenon Gregory Daco. Ia memperkirakan tarif impor yang dikenakan presiden terpilih AS Donald Trump akan berdampak lebih besar ke ekonomi daripada pemotongan pajak.
Ekonomi AS kuat dan diperkirakan akan tetap demikian pada 2025, kata ekonom tersebut. Daco memperkirakan ekonomi dapat tumbuh sebesar 2% pada 2025, dibandingkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil sebesar 2,6% pada kuartal IV-2024, menurut estimasi Atlanta The Federal Reserve (The Fed) GDPNow.
Namun sejauh mana tarif yang diusulkan oleh Presiden terpilih Trump akan diterapkan pada tahun mendatang tetap menjadi beban pada perkiraan ekonomi, serta memiliki bobot yang lebih besar daripada perubahan apa pun pada kebijakan pajak.
“Yang sebenarnya adalah bahwa hambatan dari tarif terhadap pertumbuhan kemungkinan akan lebih besar daripada pemotongan pajak pada cakrawala perkiraan,” jelas Daco.
“Jika saya memberi tahu Anda, pajak Anda tidak akan berubah pada 2026, reaksi Anda terhadap hal itu akan sangat berbeda dibandingkan jika saya memberi tahu Anda pajak Anda akan turun pada 2026. Dan menurut saya itu adalah kesalahpahaman besar dalam hal potensi peningkatan aktivitas ekonomi dari Undang-Undang Pemotongan Pajak dan Pekerjaan. Jika undang-undang itu kedaluwarsa, undang-undang itu akan membebani ekonomi sekitar 1%. Jika tidak kedaluwarsa, undang-undang itu pada dasarnya tidak akan memberikan dampak. Anda tidak akan merasakan dampak itu, tetapi undang-undang itu tidak akan memberikan dampak positif,” lanjutnya.
Sumber : investor.id
Leave a Reply