Sri Mulyani Cerita Rupiah dan IHSG Anjlok di Masa Transisi Jokowi ke Prabowo

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan nilai tukar rupiah anjok paling dalam terjadi pada Juni 2024 ketika masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pada awal tahun, nilai tukar rupiah rata-rata mencapai Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sri Mulyani mengatakan kondisi ini terjadi akibat gejolak global yang memicu tekanan pasar keuangan domestik sekaligus berkelindan dengan nilai tukar rupiah. “Kemudian, mengalami depresiasi hingga ke Rp 16.486 per dolar. Ini merupakan titik terlemah dari rupiah pada 2024,” kata Bendahara Negara itu dalam rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Selasa, 1 Juli 2025. 

Hingga 30 Juni 2025, nilai tukar rupiah parkir di posisi Rp 16.231 per dolar Amerika Serikat berdasarkan data JISDOR di Bank Indonesia. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kata Sri Mulyani, juga turun pada Juni 2024. Pada awal 2024, IHSG sempat parkir di level 7.300, sedangkan pada Juni anjlok ke level 6.726. “IHSG juga mengalami penurunan,” kata dia. 

Di tengah situasi itu, Sri Mulyani menambahkan, pemerintah patut bersyukur karena ekonomi Indonesia pada 2024 berangsur pulih dan ada kemajuan. Dia mengatakan kondisi ini ditandai dengan berlangsungnya agenda politik, dari pemilihan presiden hingga pemilihan anggota dewan di daerah. 

“Masa transisi Presiden Jokowi kepada Presiden Prabowo Subianto berjalan secara baik dan menjadi kunci stabilitas ekonomi dan politik. Pemerintah bekerja menjaga fundamental ekonomi agar tetap kuat,” kata dia. 

Menurut dia, perkembangan ekonomi domestik tidak lepas dari pengaruh situasi global, termasuk pemilihan umum di AS. Kondisi ini juga dianggap memberikan sentimen ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Karena itu, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah terus menggunakan stimulus baik fiskal maupun moneter untuk menjaga ekonomi dan aktivitas masyarakat. “Dengan tetap menjaga kredibilitas dan sustainabilitas,” tutur Sri Mulyani. 

Pada semester II 2024, kata Sri Mulyani, stabilitas ekonomi pun juga terlihat. Dia mengatakan kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi pada 2024 mencapai 5,03 persen. Fenomena ini terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga. “Menggambarkan resiliensi atau daya tahan terhadap berbagai guncangan,” katanya. 

Sumber : www.tempo.co

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only