Menteri ESDM Sebut Industri Migas Masih Tetap Penting, Meski Ada Transisi Energi

Menteri ESDM Arifin Tasrif membuka acara Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2021 menggantikan Presiden Joko Widodo yang absen. Dalam sambutannya, Arifin menyebut industri minyak dan gas (migas) tetap penting meski ada transisi energi.

Banyak negara di dunia memang sedang berusaha melakukan transisi energi dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan. Tujuannya selain mencari sumber energi baru yang masih melimpah, juga untuk menjaga lingkungan lestari.

Meski begitu, Arifin menyebut industri migas masih tetap penting karena menjadi penggerak ekonomi Indonesia saat ini.

“Keberadaan industri migas di berbagai tempat di Indonesia telah mendorong munculnya aktivitas-aktivitas perekonomian lainnya di wilayah tersebut. Diperlukan upaya proses peralihan yang terukur dan dalam masa transisi ini, tapi peran migas masih strategis,” katanya dalam pembukaan acara “The 45th IPA Convention and Exhibition 2021” secara daring, Rabu (1/9).

Dalam masa transisi energi ini, Arifin mengatakan pemerintah sedang menyelesaikan penyusunan Grand Strategi Energi Nasional. Di dalam rencana tersebut, ada dua agenda penting yaitu peningkatan produksi migas dan penurunan emisi karbon harus dapat berjalan bersama dengan saling bersinergi.

Untuk meningkatkan produksi migas, pemerintah sudah menyusun target mengejar 1 juta barel per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030. Eksplorasi dan eksploitasi blok-blok migas harus agresif untuk mengejar target ini.

Beralihnya pengelolaan Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina (Persero) awal Agustus 2021 salah satu jalan mengejar target tersebut.

Pemerintah juga terus meningkatkan investasi migas, melakukan perbaikan yang memudahkan untuk berinvestasi dengan dibuatnya UU Cipta Kerja dan Kementerian Investasi.

“Selain langkah di atas masih terpadat kebijakan perubahan pada kementerian dan lembaga untuk mewujudkan kemandirian energi nasional sehingga target pengurangan impor minyak mentah dan emisi karbon dapat tercapai,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden IPA Gary Selbie juga mengatakan industri migas masih memegang peranan penting untuk ekonomi Indonesia. Karena itu, perlu ada keseimbangan antara migas dan transisi ke energi hijau.

Untuk mengejar target 1 juta barel minyak per hari dan gas 12 BSCFD, diperlukan perbaikan dari sisi insentif kebijakan fiskal (fiscal terms), sehingga bisa memperbaiki iklim investasi di Indonesia.

Di sisi lain, pemerintah juga tengah menyiapkan kebijakan pengenaan pajak karbon. Kondisi ini diakuinya tidak mudah, karena itu perlu ada kerja sama antar pihak.

“Ini bukan pekerjaan yang mudah, tapi dengan bekerja bersama-sama dengan lintas kementerian dan pemangku kepentingan lainnya, ini memungkinkan. Isu penting ini akan dibahas hari ini. IPA percaya bahwa Indonesia tetap menarik dalam hal prospek eksplorasi dan cadangan minyak dan gas yang ditemukan,” katanya.

IPA Convex ke-45 tahun ini akan digelar selama tiga hari ke depan. Ratusan pengusaha migas dari dalam dan luar negeri ikut berpartisipasi dalam acara ini, termasuk para profesional global untuk melihat potensi bisnis migas Indonesia pasca pandemi.

Sumber: kumparan.com, Rabu 1 September 2021

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only