JAKARTA. Kontribusi sektor properti terhadap pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan dari tahun ke tahun. Tiga tahun terakhir, porsi sektor properti, yang terdiri dari konstruksi dan real estate, terhadap produk domestik bruto berkisar 13%.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, kontribusi sektor properti terhadap PDB di Indonesia memang terbilang rendah.
“Kalau negara lain, kontribusi sektor properti bisa mencapai 20% sampai 25%. Sementara Indonesia, waktu booming properti dulu sempat mengarah ke 15%-17% terhadap PDB,” kata David, Senin (17/12).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor konstruksi terhadap PDB tahun 2016 sebesar 10,38%. Tahun 2017, kontribusi konstruksi turun tipis yaitu 10,38% terhadap PDB.
Sementara, kontribusi sektor real estate terhadap PDB tahun 2016 sebesar 2,82%. Kontribusi sektor real estate mencatat penurunan di tahun 2017 menjadi 2,79% terhadap PDB.
Jika ditotal, kontribusi sektor properti secara keseluruhan pada 2016 dan 2017 masing-masing sebesar 13,20% dan 13,16% terhadap PDB.
Tahun ini dan tahun depan, David memproyeksi porsi sektor properti dalam pertumbuhan ekonomi tak akan jauh berbeda di kisaran 13% sampai 14%.
David berpendapat, siklus properti yang dialami Indonesia saat ini masih terbilang wajar. “Kita sudah sempat booming 2013-2014 lalu, jadi memang tidak bisa didorong terus. Nanti malah jadi bubble dan mengancam perekonomian,” kata dia.
Ia mencontohkan, Jepang sempat mengalami booming properti berkepanjangan. Namun, bubble perkembangan sektor properti berujung meledak dan membuat perekonomian Negeri Sakura tersebut kolaps dan sulit pulih dalam dua dekade terakhir.
“Siklus properti pada satu titik pasti akan ada oversupply, tapi saya pikir prospek properti Indonesia masih bagus, terutama dalam 2-3 tahun ke depan,” kata dia.
Pasalnya, saat ini masih ada selisih pasokan dan permintaan rumah (backlog) berkisar 13 juta unit. Di sisi lain, ada peluang pasar dari kalangan millennial sebesar 90 juta jiwa dalam kurun lima tahun ke depan. “Kalau ditambah penduduk usia produktif, potensinya ada 150 juta-170 juta orang,” tandas dia.
Sumber : kontan.co.id
Leave a Reply