Menkeu: Proyeksi Defisit Neraca Masih Berat

JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawat memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal III-2018 belum banyak berubah.

Pasalnya, beberapa upaya kebijakan pemerinah untuk menekan defisit baru jalan sejak September 2018. “Kami sudah melihat bahwa untuk kuartal ketiga current account deficit-nya masih belum menurun,” tandas Menkeu Sri Mulyani, Senin (24/9). Sebagai gambaran, Bank Indonesia mencatat nilai defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2018 mencapai US$ 8 miliar. Angka ini tertinggi sejak kuartal II-2014.

Sementara itu, neraca perdagangan Juli dan Agustus juga masih mencatat defisit masing-masing sebesar US$ 2,03 miliar dan US$ 1,02 miliar. Hal inilah yang membuat kondisi neraca transaksi berjalan tidak banyak berubah.

Menkeu menyebut pemerintah telah melakukan beberapa hal untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Misalnya membuat kebijakan mewajibkan mencampur bahan bakar diesel dengan bio etanol dengan porsi sebesar 20% atau dikenal dengan B20. Selain itu pemerintah juga menaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Impor untuk sejumlah barang konsumsi.

Sayangnya, Sri Mulyani belum bisa memperkirakan berapa besar dampak kebijakan ini terhadap kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal IV-2018. “Kami nanti akan melihat di kuartal empat, tindakan (hasil penerapan) yang sudah dilakukan seperti B20. Dirut Pertamina menyampaikan ada kendala dalam pelaksanaan, maka kami coba atasi dan kami terus berkoordinasi dengan menteri lain,” katanya.

Sebelumnya, Project Consultant Asian Development Bank Institute Eric Sugandi memperkirakan, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi tekanan defisit neraca transaksi berjalan tahun ini belum berdampak signifikan. Sebab kebijakan baru berlaku efektif di sisa empat bulan 2018. “Tahun depan baru terlihat dampaknya,” kata Eric.

Sementara itu, Ekonom Maybank Indoensia Myrdal Gunarto menilai, meningkatnya defisit transaksi berjalan di kuartal II-2018 lalu karena faktor musiman. Pada kuartal II banyak kebutuhan valas untuk membayar utang dan deviden. “Kuartal III atau semester II, tekanan akan berkurang,” kata Myrdal.

Myrdal memprediksi tekanan defisit ini, akan kembali turun pada kuartal III dan IV. Secara keseluruhan, defisit neraca transaksi berjalan tahun ini diperkirakan di posisi 2%-2,5%. Sehingga, “Rupiah masih bisa menguat, tahun ini rata-rata level 13.905,” kata dia.

Bank Indonesia juga memprediksikan, defisit neraca transaksi berjalan tetap di bawah 3% terhadap produk domestik bruto 2018. Apalagi pemerintah juga terus berupaya meningkatkan sumber devisa.

Sumber: Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only