Penerimaan Bukan Pajak Melenting, Melebihi Target

Penerimaan PNBP sampai September sudah 102%, pemerintah optimis raup Rp 311 di akhir 2018

JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan harga minyak mentah menyudut penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, khususnya dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Hingga akhir September 2018, realisasi PNBP melampaui target.

Kementerian Keuangan (Kemkeu) mancatat, realisasinya hingga akhir bulan lalu mencapai Rp 281 triliun. Artinya, capaian itu sebesar 102% dari yang ditargetkan dalam APBN tahun ini yang sebesar Rp 275 triliun. Angka itu juga tumbuh 28,31% dibnadingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017 lalu.

Secara lebih terperinci, penerimaan tersebut terdiri dari PNBP migas dan non migas yang telah melewati target, yaitu masing-masing sebesar Rp 94 triliun dan Rp 27 triliun. Sisanya, berasal dari dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar 41 triliun, PNBP lainnya Rp 80 triliun, dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) sebesar Rp 40 triliun.

Direktur PNBP Direktorat Jenderal (Ditjen) Anggaran Kemkeu Mariatul Aini mengatakan, kinerja PNBP didorong oleh harga migas yang menguat sekaligus pelemahan kurs rupiah. “Pelemahan rupiah ini sangat mnedorong penerimaan PNBP terutama dari dollar migas,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (4/10).

Kemkeu mencatat, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price atau ICP) awal tahun hingga akhir Agustus lalu mencapai US$ 67,42 per barel. Selama September, rata-rata ICP naik menjadi US$ 74,88 per barel.

Sementara itu, rata-rata kurs rupiah hingga akhir Agustus mencapai Rp 13.954 per dollar AS. Sampai 9 September saja, rata-rata kurs rupiah melemah ke level Rp 14.013 per dollar AS.

Selama ini, PNBP migas masih menjadi penyumbang terbesar PNBP secara keseluruhan. Mariatul  bilang, dia tahun 2015 dan 2016, realisasi PNBP migas sempat mengalami penurunan. Hal itu sejalan dengan penurunan harga sejumlah komoditas, terutama ICP yang sempat ke kisaran US$ 40 per barel. Di 2017, PNBP migas kembali bangkit dan berlanjut ke tahun ini.

Selain migas, batubara juga memiliki kontribusi yang besar untuk pencapaian PNBP. Menurut Mariatul, batubara merupakan salah satu komoditas yang bersifat komplementer, bahkan bisa menjadi subsitusi. Ketika hanya migas tinggi, biasanya batubara juga akan meningkat. Sebaliknya, jika migasnya turun, batubara juga ikut menurun.

“Dari sisi kualitas dan sisi kemudahan, migas itu lebih mudah dibandingkan batubara. Tetapi ketika harganya murah, dia akan sangat berarti. Misalnya PLN, untuk kebutuhan bahan baku menghasilkan listrik, mayoritas dari batubara kerena harganya sangat kompetitif,” tambahnya.

Tembus Rp 300 triliun.

Dengan capaian ini, Mariatul optimistis, kinerja penerimaan PNBP tahun ini bisa melebihi Rp 300 triliun. Berkaca pada tahun 2017, realisasi PNBP akhir tahun bisa mencapai Rp 311 triliun.

Penelitian Institute for Devenlopment of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, naiknya harga komoditas khususnya migas dan batubara mendorong realisasi penerimaan PNBP melewati target sebelum 2018 berkahir.

Tak hanya itu, bisnis pertambangan pun cukup baik. “Tren ini akan berlanjut sampai akhir tahun. Apalagi, harga minyak sebagai acuan sudah juga menembus US$ 85 per barel saat ini,” tandas Bhima.

Ia juga memperkirakan, realisasi PNBP hingga akhir tahun akan melampaui Rp 300 triliun. Bahkan, ramalan Bhima, minimal bisa menyamai capaian di akhir tahun 2017 lalu. “(Realisasinya) bahkan bisa melebihi drai realisasi pada 2017 (Rp 311 triliun),” ujarnya

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only