Kebijakan Impor Belum Berdampak, CAD Diprediksi Masih Tinggi di 2019

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memprediksi tren defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) menurun menjadi 2,5 persen di kuartal IV 2018 hingga 2019. Pasalnya, kebijakan-kebijakan pemerintah untuk menekan impor baru terasa efeknya di periode tersebut.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, tahun depan CAD masih akan berada di level 2,8-3 persen. Pasalnya, kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah seperti perluasan penggunaan B20 dan kebijakan berikan PPh impor untuk 1.147 komoditas kurang berikan efek yang signifikan.

Not agree (tidak setuju). CAD tahun depan masih 2,8-3 persen,” kata Bhima saat dihubungi iNews.id, Minggu (28/10/2018).

Menurut dia, kebijakan B20 memerlukan waktu yang cukup lama karena tidak semua terminal BBM siap mencampur sawit dengan solar. Oleh karenanya, ia memprediksi pada tahun 2019 kebijakan ini masih belum berikan efek yang signifikan terhadap penurunan impor BBM.

So far B20 belum ada efek yang signifikan. Karena switching ke B20 butuh waktu dan tahun depan kelihatannya juga belum optimal. Program B20 terkendala di produsennya,” ujarnya.

Sementara itu, kebijakan PPh impor dinilai tidak memberikan efek yang besar karena meski menyasar 1.147 komoditas konsumsi, namun hanya berkontribusi sedikit pada penekanan impor. Pasalnya, pengendalian impor tidak hanya untuk barang konsumsi tapi juga bahan baku dan barang modal yang berkaitan dengan proyek infrastruktur.

“PPh 22 efeknya tidak besar cuma 5,5 persen dari total impor non migas,” ucapnya.

Menurut dia, level CAD dapat menurun jika defisit neraca perdagangan migas dapat ditekan. Namun, harga minyak mentah internasional di 2019 diproyeksikan masih fluktuatif di kisaran 70-80 dolar AS per barel.

“Di sisi lain produksi minyak atau lifting terus menurun. Ketergantungan impor BBM ini bisa dikurangi dengan penerapan B20,” kata dia.

Selain itu, dari sisi menggenjot ekspor dalam jangka pendek dapat dilakukan dengan memberikan banyak keringanan bagi eksportir. Insentif yang diberikan pemerintah dapat menggenjot eksportir untuk menambah ekspornya lebih banyak.

Kemudian, Indonesia jangan lagi bergantung pada pasar tradisional seperti China dan AS karena keduanya masih sibuk dengan perang dagang. Oleh karenanya, pemerintah dapat menyasar pasar alternatif seperti Afrika, Asia Tengah, dan Rusia.

 

Sumber : inews.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only