Ekonomi RI Tertekan, Nasib Emiten Manufaktur Kian Merana

Jakarta, Perlamabtan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 sebesar 2,97% dampak dari pandemi Covid-19 menjadi pukulan telak bagi ekonomi Indonesia. Diprediksi pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih buruk ini membuat beberapa sektor akan mengalami tekanan berat.

Menurut Badan Pusat Statistik, salah satu indikatornya, adalah lesunya konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama tahun ini yang hanya tumbuh 2,84% ketimbang periode yang sama di tahun sebelumnya 5,02%.

Ini merupakan imbas dari lesunya penjualan produk dan kegiatan operasional dmanufaktur karena terhentinya operasional pabrik akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Data lain menunjukkan pada April 2020, Purchasing Managers’ Index Indonesia juga jatuh ke level terendah sejak 2011 pada angka 27,5.

Padahal, sebulan sebelumnya, PMI masih di level 43,5. Tentunya, hal ini juga akan berdampak terhadap perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

“Kita lihat ada impact cukup besar terhadap emiten manufaktur karena PSBB menghentikan operasional pabrik, produksi akan turun. PMI kita turun,” kata Analis PT BNI Sekuritas, William Siregar, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (6/5/2020).

William mengatakan, kontribusi sektor manufaktor terhadap pertumbuhan ekonomi sangat besar, ia menilai hal ini akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan selama masa pandemi.

Akan tetapi, adanya katalis dari pemerintah yang menurunkan Pajak Penghasilan (PPh) badan dari 25% menjadi 22% akan sangat membantu arus kas emiten di sektor manufaktur.

“Ini jadi katalis positif yang mampu memitigasi risiko pelemahan sektor manufaktur. Outlooknya masih challenging,” katanya.

Tidak hanya itu, emiten di sektor ini, dalam jangka pendek masih akan terkoreksi karena penurunan daya beli masyarakat. Hal ini sudah terindikasi dari survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia bulan April bawah ekspektasi pasar, yakni 84,8% dari sebelumnya 113,8%.

“Penurunan ini mengindikasikan konsumen di level pesimis yang membuat April-Mei pertumbuhan ekonomi akan lebih buruk dan penurunan daya beli masyarakat,” ungkap William.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only