Tarif PPN Naik Jadi 15% Mulai Bulan Ini, Inflasi Diproyeksi Melonjak

Kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 5% menjadi 15% mulai 1 Juli 2020 akan menyebabkan lonjakan inflasi di Arab Saudi. Namun, dampaknya diproyeksi tidak separah saat pertama kali PPN diterapkan.

Menurut proyeksi Capital Economics, inflasi Arab Saudi pada Juli 2020 dan bulan-bulan ke depan akan berada pada level 5,5% dan berpotensi meningkat menjadi 8% (year on year/yoy) pada pertengahan 2021 mendatang.

“Tingkat inflasi yang tinggi ini diproyeksikan masih akan berlanjut pada tahun depan,” ujar Senior Emerging Markets Economist Capital Economics Jason Turney, dikutip pada Rabu (22/7/2020).

Dalam proyeksinya, Jason Turney mengungkapkan proyeksi tingkat inflasi didasarkan juga pada pengalaman 2018 ketika Arab Saudi mulai memperkenalkan dan mengenakan PPN atas penyerahan barang dan jasa sebesar 5%.

Saat itu, sambungnya, tingkat inflasi di Arab Saudi meroket dari sebesar -1,1% pada Desember 2017 menjadi 3,2% pada Januari 2018. Pengenaan PPN di Arab Saudi pada waktu itu juga dibarengi dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Meski sulit untuk memisahkan dampak pengenaan PPN terhadap inflasi dengan faktor-faktor lainnya, Capital Economics memperkirakan pengenaan PPN sebesar 5% pada 2018 menyebabkan adanya peningkatan inflasi sebesar 3,5 poin persentase.

“Oleh karena tahun ini tarif PPN naik sebesar 10 poin persentase, terdapat potensi peningkatan inflasi sebesar 7 poin persentase,” ujar Turney.

Dalam konteks saat ini, dia memperkirakan dampak kenaikan tarif PPN terhadap laju inflasi kemungkinan masih cenderung terbatas. Pandemi Covid-19 dan dihentikannya tunjangan rutin dari pemerintah kepada masyarakat berpotensi menekan daya beli serta aktivitas konsumsi rumah tangga.

Perusahaan-perusahaan juga diproyeksi akan lebih memilih untuk menanggung beban yang timbul dari kenaikan PPN. Oleh karena itu, akan ada faktor-faktor selain kenaikan tarif PPN yang bakal mempengaruhi laju inflasi Arab Saudi.

Turney memperkirakan inflasi pada Juli masih belum akan mencapai titik puncak seiring dengan berkurangnya aksi penimbunan bahan pangan serta tingginya minat masyarakat untuk menukarkan riyal Arab Saudi dengan dolar Amerika Serikat (AS). (kaw)

Sumber : ddtc.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only