Kredit Menganggur di Perbankan Mulai Melandai

JAKARTA – Kredit menganggur di sejumlah bank sudah mulai melandai yang menandakan penyaluran kredit sudah mengalami perbaikan.

Kredit menganggur merupakan fasilitas kredit yang sudah diteken namun belum ditarik atau digunakan debitur atau juga disebut sebagai undisbursed loan.

Bank Indonesia (BI) memang mencatat bahwa permintaan kredit sudah mengalami perbaikan walaupun masih mengalami kontraksi.

Pada Mei 2021, kredit perbankan di Tanah Air mengalami kontraksi 1,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY). Sedangkan bulan sebelumnya masih kontraksi sebesar 2,28 persen.

Bank Mandiri salah satu yang menorehkan penurunan kredit menganggur. Ini menjadi penanda bahwa ekspansi debitur bank ini sudah mulai meningkat.

Per Mei, undisburse loan bank pelat merah ini mencapai Rp 181,5 triliun. Jumlah tersebut menurun 2,7 persen secara YoY.

Rudi As Aturridha sekretaris Perusahaan Bank Mandiri menilai penurunan itu mengindikasikan adanya perbaikan dari sisi penyaluran kredit.

“Meski begitu, sejalan dengan kondisi ekonomi yang belum optimal, sebagian debitur masih berhati-hati (wait and see) dan memilih untuk menempatkan dananya di bank,” katanya pada Kontan.co.id, Minggu (27/6/2021).

Salah satu sektor yang mencatat pertumbuhan penarikan fasilitas kredit paling tinggi berasal dari sektor komunikasi. Kredit Bank Mandiri di sektor ini tumbuh sebesar 64,9 persen YoY di bulan Mei 2021.

Guna mengoptimalkan pertumbuhan kredit, kata Rudi, ekspansi kredit dilakukan secara prudent kepada debitur yang ditargetkan.

Bank akan fokus menyasar sektor yang masih memiliki prospek positif atau sudah relatif pulih lebih cepat dari dampak pandemi seperti sektor telekomunikasi, industri makanan & minuman, jasa kesehatan dan agrikultur dengan tren yang membaik.

Bank Mandiri optimis kondisi ekonomi mulai tumbuh positif pada kuartal II ini yang didorong oleh upaya Pemerintah dalam meningkatkan Index Keyakinan Konsumen melalui optimisme terkait keberhasilan proses vaksinasi dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Dengan demikian, permintaan kredit diharapkan akan meningkat sehingga porsi undisbursed loan bisa berkurang.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga optimis kondisi kredit menganggur pada semester II tahun ini akan melandai.

Menurut Aestika Oryza Gunarti Sekretaris Perusahaan BRI, optimisme itu sejalan dengan normalisasi kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat serta program vaksinasi yang terus berjalan.

Aestika belum merinci perkembangan kredit menganggur BRI hingga Mei. Sementara pada kuartal I, bank ini mencatat undisbursed loan sebesar Rp 141,3 triliun. Trennya masih meningkat dikarenakan masih belum pulih sepenuhnya konsumsi dan daya beli masyarakat sehingga mempengaruhi permintaan kredit.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat fasilitas kredit yang belum digunakan dalam bentuk committed mencapai Rp 183,06 triliun berdasarkan laporan keuangan perseroan per Maret 2021. Terdapat penurunan sebesar 1,3 persen dari Rp 185,5 triliun pada Desember 2020.

Adapun total undisbursed loan BCA per Maret 2021 mencapai sebesar Rp 237 triliun. Executive Vice President Divisi Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA Hera F Haryn mengatakan, pihaknya melihat permintaan kredit masih belum menggeliat saat ini.

“Kami mencermati permintaan kredit di perbankan masih dalam proses pemulihan sejalan dengan adanya pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis,” katanya.

Meski begitu, dia menambahkan, sudah ada beberapa sektor yang mencatatkan pencairan fasilitas kredit dengan baik pada periode triwulan pertama itu di antaranya pengangkutan, perdagangan, dan komunikasi.

BCA berharap dengan program pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah dan kondisi likuiditas yang memadai maka kredit perseroan tahun ini bisa tumbuh di kisaran 4-6 persen.

Gubernur BI Perry Warjiwo sebelumnya mengatakan, perbaikan kredit perbankan pada Mei didorong oleh perbaikan permintaan seiring berlanjutnya pemulihan aktivitas korporasi yang tercermin antara lain dari meningkatnya penjualan, pajak yang dibayarkan, dan kemampuan bayar korporasi.

Di sektor rumah tangga, permintaan kredit di sektor properti terus membaik tercermin dari pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh 6,61 persen (yoy) sejalan dengan implementasi pelonggaran LTV dan insentif pajak oleh Pemerintah. Pemulihan kredit juga terjadi di sektor UMKM, terutama di sektor perdagangan.

Sumber : Kompas.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only