Tantangan Akselerasi IMAS

Pendapatan yang tumbuh positif pada kuartal I/2021 menjadi salah satu sinyal membaiknya kinerja PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. Ke depan, katalis positif dari insentif PPnBM kendaraan bermotor mendapat tantangan dari implementasi PPKM Darurat pada bulan ini. 

Sepanjang Januari-Maret 2021, emiten berkode saham IMAS itu mencatatkan pendapatan Rp4,54 triliun meningkat 1,78% dibandingkan dengan kuartal I/2020 sebesar Rp4,46 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2021 yang dipublikasikan Kamis (1/7), beban pokok penjualan IMAS pun turut meningkat menjadi Rp3,6 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,54 triliun.

Beban penjualan juga meningkat menjadi Rp371,53 miliar dari kuartal yang sama tahun lalu sebesar Rp313,72 miliar. Kendati demikian, beban lainnya seperti beban umum dan beban operasi lainnya menurun.

Dengan begitu, laba usaha juga meningkat menjadi Rp280,3 miliar pada kuartal I/2021, sementara tahun lalu Rp208,88 miliar.

Sayangnya, beban keuangan perseroan masih tinggi walaupun sedikit menurun menjadi Rp405,96 miliar dari Rp408,8 miliar pada Maret 2020.

Dengan begitu, perseroan masih mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp61,76 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I/2020 yang merugi sebesar Rp164,49 miliar.

Per 31 Maret 2021, total aset perseroan mencapai Rp48,48 triliun. Adapun, total liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp35,74 triliun dan total ekuitas Rp12,73 triliun. 

Dalam materi paparan publik yang dikutip Bisnis, Kamis (1/7), IMAS memiliki lima rencana kerja pada 2021 untuk mengerek kinerja perseroan.

Pertama, perseroan melakukan pengembangan jaringan pemasaran baru dan sekaligus mengoptimalkan jaringan pemasaran yang ada. 

Kedua, melakukan upaya intensif agar perseroan dapat beroperasi dengan biaya yang efisien.

Ketiga, IMAS berupaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan selalu menjaga serta meningkatkan motivasi kerja karyawan. 

Keempat, mendatangkan dan memproduksi produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Kelima, perseroan melakukan inovasi-inovasi yang selektif untuk mengembangkan bisnis baru dengan tetap fokus pada bisnis yang terkait pada bisnis otomotif. Perseroan juga berencana mengeluarkan sejumlah produk baru untuk meningkatkan kinerja.

Di sisi lain, anak usaha IMAS, PT Indomobil Multi Jasa Tbk. (IMJS) membeli saham PT Nissan Financial Services Indonesia (NFSI) senilai Rp380 miliar.

Setelah transaksi, susunan pemegang saham NFSI adalah IMJS 90% (675.000 saham) dan PT Tritunggal Inti Permata 10%.

Sebelumnya, IMJS juga mengumumkan rencana untuk menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue. 

Rencana itu sudah mendapat lampu hijau dari para pemegang saham perseroan dalam RUPS yang digelar Senin (28/6).

Kinerja IMAS diproyeksikan dapat lebih baik pada 2021 ini. Perseroan mendapatkan tenaga tambahan dari insentif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) roda empat. 

EFEKTIVITAS 

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengungkapkan emiten produsen sekaligus distributor otomotif ini masih akan terkena dampak positif dari insentif relaksasi PPnBM 0% dari pemerintah.

“IMAS masih terkena efek PPnBM yang memang menjadi sentimen positif ya, walaupun efektivitasnya ditentukan oleh daya beli masyarakat,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (1/7).

Selain itu, terangnya, rencana perseroan mengeluarkan model baru dapat mengurangi risiko persaingan dan memungkinkan terjadinya pertambahan permintaan unit.

Kendati demikian, tetap saja harga produk harus tetap dapat menjangkau masyarakat menengah ke bawah yang akan memanfaatkan insentif pajak dari pemerintah.Dia menyebut saham IMAS saat ini masih dalam tren pelemahan dengan support pada level Rp835. 

Dengan demikian, Panin Sekuritas merekomendasikan buy on weakness dengan target harga pada level Rp1.200.

Secara terpisah, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menerangkan pandemi Covid-19 tahun lalu memang cukup memukul industri otomotif.

Apalagi sejumlah kebijakan pembatasan kegiatan tahun sebelumnya, seperti larangan mudik cukup memiliki andil dalam penurunan permintaan unit kendaraan. 

Hal ini menye-babkan industri otomotif mencatatkan performa laba yang kurang baik pada tahun lalu.

“Untuk efek relaksasi pajak PPnBM mobil pada 2021 dirasa cukup menjadi angin segar bagi pelaku sektor otomotif, termasuk IMAS,” jelasnya kepa-da Bisnis, Kamis (1/7).

Adapun, relaksasi PPnBM ditanggung pemerintah ini diputuskan berlanjut sampai Agustus 2021, dan berlanjut menjadi diskon PPnBM 50% sampai penghujung tahun. 

Menurutnya, insentif pajak itu sangat meningkatkan animo masyarakat untuk membeli unit mobil pada tahun ini.

Langkah IMAS turut meluncurkan varian mobil terbaru dari merek mobil yang mereka pegang dinilai sebagai strategi untuk memanfaatkan momentum emas sejalan dengan relaksasi PPnB. 

Dengan kata lain, kata Frankie, masyarakat bisa mendapatkan varian unit mobil model terbaru dengan diskon PPnBM.

Sayangnya, untuk rekomendasi sahamnya, walau memiliki sentimen relaksasi pajak PPnBM tahun ini, saham sektor otomotif dinilai masih cukup lesu.

“Hal ini terefl eksi dari pergerakan saham-saham sektor otomotif baik IMAS dan ASII yang mengalami penurunan dari awal tahun ini,” katanya.

Dengan demikian, relaksasi PPnBM ini belum cukup untuk menaikan minat investor untuk membeli sahamnya.

Terlebih lagi perkembangan kasus Covid-19 yang bertambah buruk, dan juga daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya atau lebih memilih dananya untuk disimpan terlebih dahulu terutama di masa ini.

“Terlebih lagi jika relaksasi pajak PPnBM hanya sisa satu semester lagi,” katanya. Dia merekomendasikan wait and see terhadap saham IMAS. Harga saham IMAS pada penutupan perdagangan Kamis (1/7) turun 2,76% ke level Rp880. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp3,51 triliun.

Sumber: ortax.org, Jumat 2 Juli 2021

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only