Fakta Terbaru WB: Ekonomi RI Tak Meroket, Tapi Turun Kelas

Mimpi untuk menjadi negara maju layak untuk diabaikan sementara. Sebab kenyataannya, ekonomi Indonesia kini malah turun kelas ke negara berpendapatan menengah bawah.

Akhir 2020 memang menjadi titik cerah perekonomian Indonesia, di mana terjadi pembalikan dari titik terendah ekonomi yaitu -5,3%. Tapi sayang itu tidak berjalan mulus. Seringkali gas yang ditekan pemerintah berujung rem dadakan akibat lonjakan kasus covid-19.

Seperti yang terjadi saat ini lewat kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat hingga 20 Juli 2021. Mobilitas penduduk dipaksa turun lebih dari setengahnya agar penyebaran kasus berhenti. Paling tidak ya, berkurang.

Pada Rabu (7/7/2021) hingga pukul 12.00 WIB kasus baru Covid-19 bertambah 34.379 pasien dalam sehari atau rekor tertinggi sepanjang sejarah covid di tanah air.

Kabar buruk berikutnya adalah kasus kematian bertambah 1.040 orang sehingga total menjadi 62.908 orang. Ini juga merupakan rekor tertinggi kasus kematian kasus Covid-19 di Indonesia dalam sehari

Kondisi tersebut membawa pemerintah merevisi outlook dari perekonomian Indonesia. Tadinya kuartal II ekonomi diperkirakan tumbuh hingga 8,3% dan keseluruhan tahun 2021 mencapai 5%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi masih akan berada di atas level 7% yoy pada kuartal II. Sementara untuk selanjutnya ada dua skenario yang dimungkinkan bisa terjadi.

Pertama skenario moderat pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III bisa di atas 5% dan sepanjang tahun 2021 bisa mencapai 4,5%. Dengan syarat lonjakan kasus Covid bisa dikendalikan dan hanya terjadi hingga akhir Juli dan Agustus mulai normal kembali untuk melanjutkan tren pemulihan sebelumnya.

Sedangkan, skenario berat adalah pertumbuhan ekonomi kuartal III hanya bisa berada di kisaran 4%-4,6% dan 3,7% keseluruhan tahun. Di mana dalam skenario ini lonjakan kasus terjadi hingga Agustus dan pemerintah harus tetap menurunkan mobilitas hingga 50%.

Lepas dari skenario tersebut, kondisi hari ini Indonesia harus kembali turun kelas ke level terendah dari negara dengan pendapatan menengah bawah. Hal ini memang tidak lepas dari pandemi covid-19 yang melanda tanah air sejak tahun lalu.

Demikianlah dirilis Bank Dunia seperti yang dikutip CNBC Indonesia berdasarkan laporan Bank Dunia, Kamis (8/7/2021).

Tahun lalu Indonesia memang berada di level atas untuk negara berpendapatan menengah dengan Gross Nasional Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto sebesar US$ 4.050 per kapita.

Sementara tahun ini GNI Indonesia hanya sebesar US$ 3.979 per kapita. Seiring dengan resesi ekonomi yang terjadi sepanjang 2020.

Indonesia kini sejajar dengan beberapa negara seperti Belize, Iran dan Samoa. Sedangkan Mauritius, Panama, Romania turun dari yang tadinya pendapatan atas menjadi menengah.

Bila melihat tetangga di Asia Tenggara, banyak negara alami posisi yang sama dengan Indonesia. Misalnya Timor Leste, Myanmar, Kamboja dan Papua Nugini dengan GNI di bawah US$ 1.800 per kapita. Kemudian ada Filipina, dan Vietnam yang masing-masing US$ 3.400 dan US$ 2.700 per kapita.

Pada kelas menengah atas yang artinya lebih tinggi dari Indonesia adalah Malaysia US$ 10.600 per kapita dan Thailand US$ 7.100.

Sementara Singapura tercatat sebagai negara berpendapatan tinggi dengan GNI US$ 54.900 per kapita.

Bank Dunia memang telah mengubah klasifikasi GNI untuk menentukan peringkat tiap negara. Klasifikasi berubah karena di setiap negara, faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, dan pertumbuhan penduduk mempengaruhi GNI per kapita.

Di 2019, klasifikasi GNI per kapita untuk negara Low Income di level US$ 1.035, Lower Middle Income di level US$ 1.035- US$ 4,045, Upper Middle Income di level US$ 4.046 – US$ 12.535, dan High Income di level lebih dari US$ 12.535.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only