Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan bahwa ketersediaan beras nasional saat ini aman, sehingga tidak perlu dilakukan impor beras.
Di sisi lain, pemerintah sendiri tak pernah membuka wacana impor beras maupun keinginan memberlakukan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap sembako umum yang dikonsumsi masyarakat.
“Impor beras dan PPN sembako umum itu tidak ada. Ini adalah pikiran-pikiran yang ada di sebagian pihak dan menjadi sebuah isu karena sampai sekarang ini pemerintah belum pernah merancang untuk kenaikan PPN sembako. Kalau pun itu ada pasti Menteri Pertanian tahu. Jadi jangan membuat petani resah,” kata Syahrul usai rapat di Kantor Dinas Ketahanan Pangan Sulsel, Makassar, Kamis (8/7/2021).
Dia menjelaskan, hingga saat ini Indonesia memiliki cadangan beras yang cukup, baik pada pengendalian langsung Bulog, penggilingan, maupun pada penanganan pemerintah daerah. Dipaparkan, produksi beras pada masa tanam (MT) I tahun 2021 adalah sebesar 17,56 juta ton dengan surplus overstok pada Januari 2020 sebesar 7,39 juta ton, sementara jumlah konsumsi nasional 14,67 juta ton. Sehingga pada akhir Juni 2021, terdapat surplus beras sebanyak 10,29 juta ton.
“Oleh karena itu, dalam kondisi Covid-19 dan berbagai pembatasan, pangan kita terkendali dengan baik. Ini hampir setiap minggu dicek oleh Bapak Presiden dan kemarin dalam dapat virtual, Bapak Presiden meminta agar pengendalian pangan untuk kebutuhan nasional sepenuhnya di bawah kendali beberapa menteri untuk dipersiapkan maksimal,” kata Syahrul.
Impor beras juga tidak dinilai perlu dilakukan karena masa tanam II 2021 sudah dimulai, dan panen pada pertengahan tahun ini berpotensi menambah stok pangan nasional. Kementerian Pertanian menargetkan produksi beras pada MT II sebanyak 14,25 juta ton dengan surplus beras di awal Juli sebesar 10,29 juta ton dan konsumsi beras sebesar 14,91 juta ton, sehingga akhir Desember 2021 diperkirakan terdapat surplus stok beras sebesar 9,63 juta ton.
Syahrul menyebut, pergerakan harga beras medium di pasaran pun relatif stabil tanpa ada kenaikan signifikan. Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan relatif stabil, dan mengalami penurunan indikasi produksi yang cukup tinggi.
Fakta berikutnya, ada 1,37 juta ton stok beras saat ini di Perum Bulog dalam bentuk cadangan beras pemerintah. Jumlah itu berada di atas batas aman 1 juta ton, dengan stok beras komersial sebesar 13,969 ton. Menggunakan perhitungan penyaluran beras untuk kepentingan stabilisasi harga, pasokan dan kebencanaan per bulan sebesar 80 ribu ton, maka stok beras tersebut aman sampai akhir tahun.
“Kalau melihat data ini, ketersediaan pangan berjalan dengan baik. Sesuai perintah Bapak Presiden, saya setiap hari turun ke lapangan. Jadi satu-satunya yang kita harapkan tidak boleh berhenti adalah kesiapan dan akselerasi pangan. Dari sinilah pangan tersedia, lapangan kerja juga tetap jalan dan ekonomi dasar tetap berputar,” ungkap Syahrul.
Lebih lanjut dia mengakui bahwa sebagian besar penduduk Indonesia masih menjadikan beras sebagai bahan pangan utama. Karena itu, Kementan berkomitmen kuat menjamin ketersediaan beras dan bahan pangan pokok lain melalui sejumlah program peningkatan produksi.
“Kementan telah merumuskan 5 cara bertindak (CB) sektor pertanian di masa pandemi, sebagai upaya penyediaan ketersediaan pangan dan pemulihan ekonomi nasional,” ucapnya.
Selain itu, Kementan juga berhasil melakukan peningkatan kapasitas produksi, antara lainmelalui intensifikasi pertanaman, pengembangan lahan rawa dan lahan kering, Optimalisasi Peningkatan Indeks Pertanaman (OPIP), serta penyediaan alat mesin pertanian dan perbaikan infrastruktur.
Kementan juga giat mendorong petani menggunakan dana KUR untuk memajukan sektor pertanian nasional. Pemerintah menyediakan bantuan pembiayaan pertanian melalui dana KUR dengan bunga sebesar 6 persen. Tahun ini, lanjut Syahrul, total dana KUR adalah sebanyak Rp70 triliun, dengan penyerapan baru Rp36 triliun.
Berdasarkan data BPS, hanya sektor pertanian yang mengalami kenaikan signifikan pada pertumbuhan PDB tahun 2020, sebesar 16,4 persen. Di tahun yang sama, ekspor juga naik 15,79 persen senilai Rp451,77 triliun. Pada 2021, ekspor di triwulan I saja telah menyumbang 39,99 persen, setara Rp200 triliun.
“Ini kinerja nasional dan saya berharap semua provinsi khususnya Sulawesi Selatan bisa melalukan kenaikan pertumbuhan ekonomi seperti ini. Ketersediaan pangan harus selalu tersedia, sebab hanya dengan pertanian kita bisa maju. Tidak ada kata mundur, pertanian harus maju terus,” kata Syahrul.
Sumber: CNN Indonesia, Jumat 9 Juli 2021
Leave a Reply