Apakah produk tabungan di perbankan masih menjanjikan? Ini kata para pakar

Saat ini produk perbankan tabungan sudah tidak bisa dikatakan sebagai produk investasi. Beriringan dengan hal ini, perbankan juga menurunkan tawaran bunga untuk tabungan. KONTAN mewawancarai beberapa perencana keuangan terkait hal ini.

Perencana keuangan sekaligus Founder OneShildt, Risza Bambang menyatakan bahwa produk tabungan tidak dapat dikategorikan sebagai produk investasi. 

“Karena nilainya akan semakin berkurang akibat kenaikan inflasi. Tapi produk tabungan tetap dibutuhkan masyarakat sebagai dompet, atau tempat parkir uang yang aman, nyaman dan efisien,” ujar Risza kepada KONTAN pada Rabu (21/7).

Menurutnya, nasabah sudah tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar di dalam dompet lantaran risiko keamanan, dan juga ketidaknyamanan karena fisik uang itu sendiri. 

Dengan adanya produk tabungan, nasabah mendapatkan kartu debit atau kartu tabungan yang bisa dijadikan alat pembayaran seperti uang tunai dan kartu kredit.

“Bahkan pada era digital saat ini, tabungan bisa dijadikan alat pembayaran melalui konsep mobile banking dan sejenisnya. Tabungan juga dapat dipergunakan untuk transfer dana, baik lewat ATM atau gadget tanpa perlu datang ke cabang bertemu teller,” tambahnya.

Risza menjelaskan, sebaiknya produk investasi harus bisa memberikan dua manfaat yaitu; capital gain atau nilai saldo akan bertambah besar, dan fixed income atau menghasilkan tambahan pendapatan.

“Misalnya saham, nilai saham bisa tambah tinggi dan ada deviden sebagai pendapatan. Atau property, hharga pasar atau nilai jual objek pajak (NJOP) meningkat dan ada penghasilan jika disewakan. Namun ada juga produk investasi yang hanya memberikan satu manfaat, contohnya produk emas yang nilainya meningkat tapi kuantitasnya tidak berubah, dan deposito yang memberikan penghasilan bunga tapi saldo pokoknya tetap,” pungkas Risza.

Segendang sepenarian, Perencana Keuangan Ahmad Ghozali juga mengamini bahwa tabungan emas tidak didesain sebagai investasi yang bisa mengejar inflasi. 

“Turunnya suku bunga tabungan sekarang sejalan dengan turunnya inflasi juga. Sampai kapan pun, hampir bisa dipastikan bunga tabungan net selalu lebih rendah dari inflasi,” jelasnya kepada KONTAN di hari yang sama.

Ahmad juga menjelaskan, bahwa biasanya naik atau turunnya jumlah tabungan masyarakat bukan dipengaruhi oleh suku bunga, melainkan lebih kepada tingkat konsumsi masyarakat atau indeks kepercayaan konsumen.

“Investasi risiko terendah secara teori biasanya deposito, masih lebih tinggi 2%-3% di atas suku bunga tabungan. Jadi, kalaupun tidak mau menanggung risiko, masih bisa memilih deposito dibandingkan tabungan untuk berinvestasi,” tutupnya.

Perencana keuangan yang juga CEO Zap Finance, Prita Hapsari Ghozie mengatakan bahwa produk perbankan sangat terpengaruh oleh tingkat suku bunga acuan. “Otomatis, jika tingkat suku bunga acuan rendah, maka suku bunga produk perbankan pun akan mengikuti,” ujarnya pada KONTAN, Rabu (21/7) malam.

Prita bilang, terkait dengan prospek, masyarakat masih butuh bantuan produk perbankan dengan fungsi sebagai dana darurat. Katanya, hal ini menjadi sangat penting terlebih di masa pandemi covid-19 yang berkepanjangan saat ini.

Untuk alternatif pilihan investasi, Prita menjelaskan bahwa opsi berinvestasi saat ini cukup luas. “Pilihan di produk keuangan yang tergolong aman adalah SBN ritel, lalu berikutnya reksa dana dengan berbagai pilihan jenisnya, dan tentu saja saham. Sedangkan, jika masyarakat ingin produk non-keuangan ada pilihan seperti emas,” tutupnya.

Sumber: newssetup.kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only