Pasar lebih kondusif, dana kelolaan industri reksadana naik menjadi Rp 511,76 triliun

Dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana naik 0,25% sepanjang Juli. Berdasarkan data Infovesta Utama, AUM industri reksadana naik sekitar Rp 1,26 triliun dalam sebulan kemarin.

Kenaikan tersebut membuat dana kelolaan industri reksadana hingga akhir Juli tercatat sebesar Rp 511,76 triliun. Adapun, pada akhir Juni 2021, jumlahnya sebesar Rp 510,33 triliun.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi menilai pada bulan Juli pasar jauh lebih kondusif. Hal ini tercermin dari IHSG yang melaju kuat dimotori sektor bank digital dan teknologi. Walaupun hal ini tidak memberi dampak signifikan terhadap industri reksadana karena emiten-emiten tersebut minim digunakan sebagai underlying atawa aset dasar pada portofolio reksadana.

“Selain itu, masyarakat juga sudah terbiasa dengan pola PPKM Darurat dan perkembangan terkait penanganan pandemi. Sehingga walaupun dibatasi namun persepsi masyarakat tetap positif terhadap ekonomi secara umum,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (12/8).

Jika dilihat dari segi jenisnya, reksadana terproteksi merupakan jenis reksadana yang dana kelolaannya turun paling dalam. Tercatat, pada Juli, dana kelolaan reksadana ini sebesar Rp 92,84 triliun atau turun 3,05% dari posisi Juni yang masih Rp 95,76 triliun. 

Reza melihat, penurunan dana kelolaan reksadana terproteksi akibat kombinasi beberapa faktor. Beberapa reksadana terproteksi gagal bayar beberapa waktu lalu sehingga membuat investor mengurangi porsi reksadana ini. Lalu juga karena pajak reksadana terproteksi dan pajak memegang obligasi sama-sama 10% sehingga membuat investor meninggalkan reksadana terproteksi.

Sementara reksadana yang mencatatkan kenaikan dana kelolaan paling tinggi adalah reksadana pendapatan tetap. Jumlah dana kelolaannya meningkat 3,45% dari Rp 131,25 triliun menjadi Rp 135,78 triliun.

Menurut Reza, hal ini terjadi dikarenakan rally SBN dalam beberapa waktu terakhir. Selain itu, beberapa investor juga melakukan switching dari reksadana saham ke reksadana pendapatan tetap selama Juli dan Agustus lantaran adanya PPKM Darurat. Menurut dia hal ini hanya bersifat sementara.

“Ke depan, reksadana saham dan pendapatan tetap masih akan prospektif, seiring dengan proyeksi ekonomi yang masih sejalan, rupiah yang stabil, serta tren harga komoditas yang masih menguat. Di pasar saham, emiten-emiten bank digital dan teknologi bisa jadi angin segar untuk pertumbuhan kinerja ke depan,” imbuh Reza.

Secara industri, Reza optimistis ke depannya dana kelolaan masih akan terus tumbuh seiring semakin banyaknya masyarakat yang yang sadar akan berinvestasi melalui reksadana. Sekalipun, investor reksadana saham masih akan wait and see akibat kondisi saat ini, menurutnya masyarakat akan beralih ke reksadana pasar uang dan pendapatan tetap. Reza meyakini saat ini reksadana sudah menjadi primadona seperti halnya instrumen saham.

Sumber: investasi.kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only