Insentif PPN Mematri Penjualan Properti

Pembebasan PPN 10% berlaku sampai Desember. Pengembang properti kebut proyek biar kelar sampai akhir tahun ini.

Suara Wulang Nur Widyamoko terdengar riang saat diminta pendapatnya terkait insentif pemerintah yang memperpanjang fasilitas diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian rumah di bawah Rp 2 miliar. Perpanjangan insentif berupa PPN ‘Ditanggung’ Pemerintah (DTP) tersebut ditetapkan lewat Peraturan Menteri Keuangan nomor 103/PMK.010/2021.

Beleid tersebut memberikan keringanan bagi konsumen untuk membeli rumah baru atau primary dengan diskon PPN sebesar 10% alias nol. Perpanjangan insentif PPN ini tentu menjadi kabar baik bagi pengembang properti, termasuk bagi Wulang Nur Widyatmoko, Direktur Panahome Deltamas Indonesia, perusahaan properti di Bekasi, Jawa Barat.

Wulang yang sudah berbisnis properti sejak 2018 itu bilang, pihaknya menjual sebanyak 15 unit rumah ready stock lewat mekanisme insentif PPN 10%. Semula Wulang bingung menjual rumah tersebut saat pandemi, karena kondisi ekonomi yang melorot. “Insentif properti itu datang pada saat yang tepat, hasilnya 15 rumah ready stock bisa terjual,” kata Wulang dalam kesempatan wawancara melalui sambungan telepon.

Kali ini, Wulang mendapatkan kabar adanya kepastian perpanjangan dari kebijakan insentif properti tersebut. Kabar itu sudah diperoleh jauh-jauh hari sebelum surat perpanjangan insentif PPN dikeluarkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Berbekal kabar itulah, Wulang mulai bekerja untuk memproduksi rumah kembali, agar segera dipasarkan dengan mekanisme diskon PPN.

Bagi Wulang, perpanjangan insentif PPN dari Agustus sampai Desember 2021 akan menjadi daya tarik bagi konsumen membeli rumah. Namun untuk mendapakan konsumen, pihaknya harus merealisasikan pembangunan rumah itu terlebih dahulu. “Karena syarat mendapat insentif adalah unit harus serah terima sampai Desember 2021,” kata Wulang.

Pengembang yang juga kecipratan berkah insentif PPN ini adalah Damar Wicaksono, pengembang perumahan dengan bendera usaha PT Bhumi Artomoro di Yogyakarta. Berkat insentif PPN ini, perusahaan properti kelas usaha kecil menengah (UKM) ini berhasil menjual beberapa unit rumah ready stock. “Cukup membantu penjualan kami, namun tak signifikan,” kata Damar.

Damar bercerita, pengembang UKM seperti mereka tidak memiliki lahan luas sehingga tak maksimal memanfaatkan insentif. Begitu pula dalam membangun, mereka tak maksimal karena modal terbatas. “Saat insentif PPN diumumkan, masa berlaku dan waktunya terbatas. Maka hanya pengembang yang punya stok yang mendapat berkah banyak,” kata Damar.

Selain Wulang dan Damar, kenaikan penjualan properti berkat adanya insentif PPN juga dinikmati oleh agen atau broker properti. Clement Francis, Ketua DPD Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) DKI Jakarta menyebutkan, banyak pengembang properti apartemen di Jakarta ketiban pulung. “Stok-stok apartemen mereka yang tersisa bisa terjual, dampaknya sangat positi ke pengembang dan juga kami (broker),” kata Clement.

Asal tahu saja, sebelum covid-19 datang, banyak pengembang properti apartemen di Jakarta kewalahan menjual unit. Bahkan saat covid-19 datang, banyak pembeli properti dan juga apartemen justru membatalkan pembeli karena pembelinya kesulitan finansial. Kondisi itu membuat stok apartenen sempat bertambah dan akhirnya sebagian terserap saat pemerintah memberikan insentif PPN sebesar 10%.

Untuk diketahui saja, insentif PPN memberi diskon lumayan bagi konsumen. Contoh, jika harga apartemen Rp 750 miliar, maka konsumen mesti bayar PPN sebesar 10% atau 75 juta ke negara. Karena ditanggung pemerintah, PPN tersebut bisa disimpan konsumen. “Kalau saya hitung, insentif itu telah mendongkrak penjualan 20%-30%, tergantung pengembangnya,” ujar Clement.

Hari Gani, Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) menyebutkan, mereka yang diuntungankan insentif PPN itu adalah pengembang yang memiliki unit ready stock. Baik itu pengembang perumahan, khususnya yang punya konsep kluster di kawasan. “Biasanya mereka punya stok, dan stok itu dipasarkan untuk mendapat insentif PPN,” kata Hari.

Kebut kontruksi baru

Insentif PPN juga menjadi berkah bagi perusahaan properti kelas kakap seperti grup Ciputra. Tulus Santoso, Sekretaris Perusahaan PT Ciputra Development Tbk bilang, realisasi penjualan mereka terdongkrak pasca pemerintah memberikan insentif. “Penjualan kami secara year on year naik 76%,” kata Tulus yang juga Direktur emiten berkode saham CTRA itu.

Merujuk pernyataan tertulis dari CTRA, nilai pra-penjualan atau marketing sales naik menjadi Rp 3,6 triliun pada semester I-2021. Salah satu penyebab kenaikan pra penjualan CTRA berasal dari insentif PPN yang digelontorkan pemerintah.

Karena program insentif PPN diperpanjang, Tulus berharap perusahaannya juga bisa menyambung rally kenaikan pra penjualan sampai akhir tahun. Untuk mencapai itu, CTRA di kawasan perumahan akan dimaksimalkan untuk mendapatkan penjualan dari tawaran insentif PPN.

Namun sayangnya, Tulus tak menyebutkan beberapa unit target penjualan propertinya yang akan memanfaatkan program insentif PPN tersebut. “Hampir di setiap proyek kami akan ada new cluster yang akan kami luncurkan,” harap Tulus.

Dari properti yang sudah terjual, mayoritas unit yang terjual berasal dari klaster perumahan. Selain itu, CTRA juga tengah mempersiapkan dua proyek baru, yakni apartemen CitraLand Mark Ciracas di Jakarta Timur serta residensial CitraLand Puncak Tidar di Malang, Jawa Timur.

Kenaikan pra penjualan properti pada paruh pertama tahun ini juga dirasakan raksasa properti lainnya, seperti PT Lippo Karawaci Tbk. Emiten berkode saham LPKR ini mengumumkan kenaikan pra penjualan 122% semester I 2021 jadi Rp 2,33 triliun. Kenaikan pra penjualan berasa dari pembangunan perumahan yang harganya di bawah Rp 2 miliar, atau segmen yang bisa mendapat insentif bebas PPN 10%.

Beberapa proyek properti LPKR tersebut adalah rumah tapak Waterfront di Cikarang, apartemen di Holland Village Jakarta, Embarcadero di Bintaro dan lainnya. Tak hanya itu, LPKR juga sedang mempersiapkan proyek baru untuk mengejar penjualan sampai akhir tahun. “Kami optimistis pra penjualan pada tahun ini Rp 3,5 triliun akan tercapai lewat peluncuran produk-produk baru,” kata John Riady, Chief Executive Officer LPKR dalam siaran pers Kamis (3/8).

Kelas menengah yang terbiasa liburan ke luar negeri, kini menetap di dalam negeri dan berpeluang jadi investor properti.

Namun tak hanya pengembang kelas kakap yang berusaha mempersiapkan proyek baru tahun ini. Wulang di Bekasi telah menetapkan rencana pembangunan 50 unit rumah dalam waktu dekat. “Target penjualan 50 unit, namun target serah terima sampai akhir tahun kami harus tercapai 10-15 unit agar dapat insetif PPN,” kata Wulang.

Hal yang sama juga dilakukan Damar di Yogyakarta. Dimas menargetkan bisa serah terima 15 unit rumah kepada konsumen agar mendapatkan insentif PPN. Damar bilang, bisa saja mereka mengejar target pengerjaan rumah lebih dari 15 unit, tetapi dari sisi kualitas dan mutu bangunan menjadi tak maksimal karena waktu pengerjaan rumah yang pendek.

Meski Menteri Keuangan Sri Mulyani baru mengumumkan kepastian pepanjangan insentif PPN properti bulan Agustus ini, namun banyak pengembang sudah persiapan jauh-jauh hari. “REI sudah tahu akan ada perpanjangan insentif, sebagian anggota langsung kami hubungi agar persiapan. Makanya ada yang langsung membangun unit baru sejak dari Juni lalu,” kata Hari.

Kebanyakan pengembang properti yang mengejar pembangunan itu adalah pengembang rumah tapak. Jika mereka mulai bangun Juni lalu, setidaknya serah terima bisa dilakukan sebelum Desember 2021, sehingga konsumen masih bisa mendapatkan insentif.

Namun, Hari bilang, tak semua anggota REI bisa membangun dalam skala banyak, selain kondisi pendanaan juga menimbang kehati-hatian. Sebagian anggota tak mau memasok terlalu banyak, apalagi situasi masih pandemi.

Sementara dari sisi pasar, Hari bilang, masih ada kelas menengah atas yang kini mencari ruang untuk menanamkan investasi. Pada kondisi normal, kelompok pasar ini biasanya rajin liburan ke luar negeri, nongkrong di mall atau menghabiskan uang untuk gaya hidup. “Sekarang aktivitas itu tak bisa dilakukan, sehingga pilihan mereka untuk investasi adalah properti,” kata Hari.

Kelas menengah lain yang juga menjadi potensial pasar bagi properti adalah, pelaku usaha digital dan farmasi. Damar menambahkan, banyak pelaku usaha marketplace tersebut menjadi orang kaya baru. Mereka mendapatkan keuntungan dari kenaikan tren belanja online. Mereka inilah yang bingung membelanjakan uangnya.”Mau liburan susah, sebagian mereka mencari mulai investasi di properti atau beli mobil,” kata Damar.

Sumber: Tabloid Kontan, 16 Agustus-22 Agustus 2021 hal 16,17

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only