TEMPO.CO, Jakarta – Hasil kajian evaluasi Institute for Strategics Inisiative (ISI) menyebutkan, relaksasi pajak PPnBM mobil baru sukses membawa perubahan ekonomi Indonesia selama pandemi Covid-19.
Menurut ISI, program diskon PPnBM mobil baru mampu meningkatkan volume penjualan mobil, penyerapan tenaga kerja lebih, peningkatan pendapatan rumah tangga, hingga meningkatkan pendapatan negara dan membantu percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Direktur ISI Luky Djani menerangkan ke hulu sektor otomotif telah meningkatkan demand atas output sektor seperti industri komponen mesin, ban, valve, hingga filter.
“Ke hilir produk otomotif, relaksasasi pajak PPnBM berdampak terhadap sektor pembiayaan keuangan, alat transportasi dan lainnya,” kata Luky Djani dalam webinar Gaikindo pada Kamis, 19 Agustus 2021.
Dalam kajian dampak relaksasi PPnBM, ISI menggunakan analisis I-O (Input-Output) data penjualan mobil yang masuk dalam skema relaksasi.
Kajian ini terbagi dalam tiga periode waktu, yakni sebelum pandemi (Maret-Mei 2019), awal pandemi (Maret-Mei 2020), dan saat pandemi dan pemberlakuan PPnBM (Maret-Mei 2021).
Para periode pertama, penjualan mobil dalam skema PPnBM 126.681 unit. Maret 2019, penjualan mobil sekitar 46.544 unit, dan terus menurun pada April dan Mei menjadi 40.000 unit dan 40.137 unit.
Pada periode kedua, penjualan mobil semakin menurun menjadi 44.844 unit. Penurunan terendah terjadi selama April-Mei 2020.
Adapun pada Maret 2021, penjualan mobil meningkat menjadi 99.730 unit, dengan lonjakan penjualan pada Maret 2021 sebanyak 40.833 unit.
Luky menyatakan seharusnya program PPnBM mobil baru diberlakukan sejak diusulkan pertama kali oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Oktober 2020. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 bakal bisa positif karena besarnya multiplier effect sektor otomotif.
Sumber: tempo.co, Jumat 20 Agustus 2021
Leave a Reply