Kementerian Keuangan: Penerimaan Pajak hingga Oktober 2021 Tumbuh 15,3%

Kementerian Keuangan melaporkan tren penerimaan pajak terus meningkat dipicu oleh pemulihan ekonomi yang semakin kuat dengan realisasi penerimaan pajak hingga Oktober 2021 senilai Rp 953,6 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan realisasi tersebut tumbuh 15,3% dibanding kinerja pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat kontraksi 18,8% atau realisasinya hanya Rp 69 triliun. Menurutnya, pertumbuhan itu terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

“Pajak yang tahun lalu kontraksinya 18,8%, tahun ini recover dengan pemulihan 15,3%,” tuturnya dalam CEO Networking, Selasa (16/11/2021).

Sri Mulyani mengatakan realisasi penerimaan pajak tersebut setara dengan 77,6% terhadap target Rp1.229,59 triliun. Tren penerimaan negara terus meningkat sejalan dengan tren pemulihan ekonomi dan kegiatan ekonomi masyarakat yang terus meningkat disertai upaya pemerintah untuk terus mengendalikan pandemi Covid-19.

Bahkan dalam paparannya, outlook penerimaan pajak hingga akhir tahun akan mencapai target yang ditetapkan dalam UU APBN 2021, yakni Rp1.229,6. Jika outlook itu tercapai, penerimaan pajak sepanjang 2021 akan mencatatkan pertumbuhan 14,7%.

Dengan demikian, Menkeu menyebut sisi pendapatan negara telah menunjukkan pertumbuhan positif. Hingga Oktober 2021, pendapatan negara mencapai Rp 1.510,0 triliun atau tumbuh 18,2%.

Angka tersebut juga telah mencapai 86,6% dari target Rp1.743,6 triliun.

“Penerimaan negara hingga Oktober tahun lalu negatif 15,3%, kita harus lakukan belanja ekspansif. Namun 2021, seiriing pemulihan ekonomi dan reopening dan aktivitas masyarakat serta ekonomi mulai bergerak kembali, maka APBN dari sisi pendapatan kita alami growth hingga 18,2%,” tuturnya.

Sementara itu, dari sisi kepabeanan dan cukai, realisasinya mencapai Rp 205,8 triliun atau tumbuh 25,5%. Realisasi itu setara 95,7% dari target Rp 215,0 triliun.

Adapun dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP), realisasi hingga Oktober 2021 senilai Rp 349,2 triliun atau tumbuh 25,2%. Realisasi itu setara 117% atau sudah melampaui target dari target Rp 298,2 triliun karena didukung kenaikan harga komoditas.

“Jadi ini gambarkan APBN mulai pulih saat ekonomi pulih, ini 2 tugas harus dilakukan bersama sama bukan pilihan tapi harus sama-sama dilakukan”tuturnya.

Dengan demikian, ia menegaskan disaat ekonomi mulai pulih maka belanja akan dikendalikan secara bertahap, namun dipastikan tidak akan mengorbankan sisi belanja untuk penanganan covid-19 yang masih membutuhkan anggaran.

“Covid-19 masih sangat penting belanja untuk kesehatan masih sangat tinggi bahkan melonjak tahun ini, dan belanja perlindungan sosial kita pertahankan cukup tinggi. Sehingga pemulihan ekonomi nasional bisa berjalan ini suatu keberpihakan”tegasnya.

Sumber: beritasatu.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only