Ekonomi Pulih Tapi Masih di Bawah Sebelum Krisis

PDB berdasarkan harga konstan kuartal III-2021 turun 0,11% dibanding level pra pandemi.

JAKARTA. Pemulihan ekonomi Indonesia masih terus berlanjut. Namun, pemerintah masih punya tantangan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi ke depan. 

Sebab, pemulihan ekonomi saat ini belum benar-benar solid dan belum melampaui level pra pandemi. Sementara, pandemi masih akan membayangi pemulihan ekonomi, setelah munculnya varian baru Covid-19. 

Indonesia mencatat pertumbuhan tertingginya di masa pandemi, yakni sebesar 7,03% pada kuartal II-2021. Angka ini merupakan tertinggi dibandingkan dengan beberapa tahun ke belakang yang stagnan di level 5%. Meski pertumbuhan melambat lagi ke angka 3,51% pada kuartal III lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk domestik bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga konstan pada kuartal III-2021 sebesar Rp 2.815,9 triliun, lebih rendah 0,11% jika dibandingkan dengan periode yang sama sebelum krisis, kuartal III-2019.

Konsumsi rumah tangga dan investasi masih tertekan. Namun belanja pemerintah dan ekspor neto tumbuh positif.

Di sisi lain, PDB Indonesia pada Juli-September 2021 berdasarkan harga berlaku yang sebesar Rp 4.325,4 triliun, telah mencatatkan pertumbuhan 6,3% ketimbang kuartal III-2019. Perbaikan pada komponen investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto.

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede optimistis, pertumbuhan ekonomi  kuartal IV-2021 ini bisa lebih tinggi lagi. Hal ini sejalan dengan kepercayaan publik yang membuat kegiatan ekonomi kembali bergeliat. “Ekonomi kuartal kedua tertinggi 7%, kuartal ketiga 3,5%, kuartal keempat akan naik kembali, bisa ke kisaran 5%-6%,” kata Raden, Minggu (26/12).

Raden juga optimistis, perbaikan pertumbuhan akan berlanjut hingga 2022. Kepercayaan publik akan meningkatkan konsumsi rumah tangga yang akan berbanding lurus terhadap peningkatan kapasitas. Alhasil, investasi tahun depan juga akan naik. “Kalau investasi naik, maka akan menciptakan lapangan pekerjaan,” tambah Raden.

Ekonomi Indonesia juga mendapat berkah dari kenaikan harga komoditas yang membuat surplus pada transaksi berjalan. Hal ini membuat Indonesia minim kerentanan. 

Mitigasi kunci penting

Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, kenaikan PDB pada harga berlaku, tidak bisa jadi indikator  pemulihan ekonomi, lantaran PDB berdasarkan harga konstan masih turun. “Ekonomi pulih belum solid. Secara harga konstan artinya tidak terjadi penambahan pada PDB,” katanya.

Bhima mencontohkan  penerimaan pajak sebagai salah satu indikator pemulihan ekonomi yang belum cukup kuat, melebihi pra pandemi.  Sebab, tingginya capaian penerimaan saat ini hingga 96%, lantaran efek dasar yang rendah.

Menurutnya, pemerintah justru perlu mewaspadai dampak kenaikan harga komoditas terhadap inflasi hingga belanja subsidi yang berpotensi melonjak. “Kemudian pemerintah juga menghadapi tekanan pembiayaan utang, artinya beban bunga masih jadi ancaman fiskal,” tambah Bhima. 

Sementara Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, melihat angka PDB berdasarkan harga konstan yang masih negatif, ekonomi Indonesia masih belum sepenuhnya pulih dibandingkan dengan saat prapandemi.

Pada jangka pendek  prospek ekonomi masih akan dibayangi oleh pandemi Covid-19. Terutama, munculnya varian baru sepeti omicron. Sebab itu, upaya mitigasi awal oleh pemerintah, menjadi penting dalam menjaga momentum pemulihan dan target pertumbuhan ekonomi jangka pendek.

Sementara untuk jangka menengah panjang, prospek perekonomian akan ditentukan oleh kemampuan pemerintah untuk menjalankan reformasi struktural. Di antaranya, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia  (SDM) melalui peningkatan pendidikan dan kemampuan tenaga kerja.

“Juga upaya melakukan reindustrialisasi melalui campuran kebijakan antara fiskal, moneter dan juga sektor riil,” kata Yusuf.

Sumber : Harian Kontan Senin 27 Desember 2021 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only