Sejarah Impor Beras: RI Sekarang Impor Beras, Tak Bikin Kaget

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut pada Juli 2021 Indonesia diketahui melakukan impor beras sebanyak 41,6 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 18,5 juta atau setara dengan Rp 266,4 miliar (kurs Rp 14.400/US$).

Angka-angka itu bukan angka yang sedikit. Sementara itu tahun ini, menurut Menteri Pertanian Syahril Yasin Limpo, cuaca ekstrem dan perubahan iklim terjadi akan membuat sektor pertanian menghadapi masalah di Indonesia. 

Beras, yang diolah menjadi nasi oleh orang Indonesia, dianggap sebagai makanan pokok. “Nasi sudah dipergunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia sejak zaman Paleolitikum (50.000-100.000 tahun yang lalu),” tulis Djoko Sutopo dalam Functional Food (2021:70). Masyarakat Indonesia yang tinggal di Jawa atau Sumatra yang sebagian tanahnya bisa dijadikan sawah atau ladang padi.

Di Indonesia Timur pada masa lalu sawah atau ladang padi tak dimiliki di semua daerah. Di Papua yang dulu alamnya nyaris semuanya hijau menjadikan umbi-umbian sebagai makanan. Sementara ada pula daerah seperti Maluku yang menjadikan sagu sebagai makanan pokok mereka. Sagu biasanya dimakan bersama ikan.

Kini daerah-daerah itu sudah diajari makan nasi, hingga mereka sangat tergantung kepada pasokan dari Pulau Jawa sebagai daerah asal beras.

Meski belakang nyaris semua daerah di Indonesia menyebut nasi sebagai makanan pokok. Meski berasnya diimpor Negara Kesatuan Republik Indonesia dari negara-negara tetangga. Di zaman kolonial tak semua orang Indonesia jadikan nasi sebagai makanan pokok.

Singkong, sagu, jagung, umbi-umbian dan lainnya bisa menjadi makanan pokok selain nasi. Namun di masa kolonial impor beras juga sudah terjadi, bukan karena di Pulau Jawa tak bisa hasilkan beras karena ada juga beras yang diekspor dari Indonesia.

“Beras yang diekspor itu terdiri beras bermutu tinggi, sebagian dihasilkan di Indramayu (Jawa Barat) dan Lombok,” tulis P Creutzberg dalam artikelnya Pasaran harga Beras di Hindia Belanda dalam buku Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia (1987:96).

Beras dari Pulau Jawa, waktu itu dianggap berkualitas dan dikenal di luar negeri. Beras dari Jawa kala itu tidak kalah dengan beras Italia, beras Carolina atau beras Burma. Namun beras-beras itu dianggap barang mewah bagi orang Jawa sendiri.

Orang-orang di Jawa enggan memakan beras yang ditanami di daerah mereka. Beras yang mereka makan adalah beras yang harganya murah dan hasil impor dari negara lainnya, yakni dari Burma yang kala itu dijajah Inggris. Beras murah itu disebut sebagai beras Rangoon.

Ketika beras itu masuk pemerintah kolonial tak menarik pajak seperti barang-barang lain. Creutzberg menyebutkan sejak 1860-an impor beras dimulai kecil-kecilan di Hindia Belanda, yang kini bernama Indonesia.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only