Chatib Basri: Pesimisme Bisa Membuat Resesi Benar-benar Terjadi

Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri menilai pesimisme dapat membuat resesi benar-benar terjadi. Ia merujuk pada buku karya ekonom asal Inggris, John Maynard Keynes, ‘The General Theory of Employment, Interest, and Money’. 

“Ekonom terbesar abad 21, John Maynard Keynes, memperkenalkan sebuah konsep yang disebut sebagai animal spirits,” ujarnya seperti dikutip dari akun Instagramnya @chatibbasri, Minggu, 23 Oktober 2022. 

Dalam buku tersebut Keynes menyebutkan bahwa keputusan ekonomi ditentukan oleh keputusan rasional dan juga soal psikologis. Salah satu yang ditentukan adalah ekspektasi. Alhasil, jika seorang investor memiliki ekspektasi atau anggapan resesi akan terjadi ke depan, dia akan memutuskan untuk tidak melakukan investasi.

Hal itu akan mengakibatkan kegiatan agregat mengalami penurunan. Ketika mengalami penurunan, ucap Chatib, maka orang tidak akan tertarik berinvestasi sehingga yang terjadi pertumbuhan ekonomi semakin melambat. 

“Terjadilah backwash effect yang akhirnya bisa membawa akibat kepada resesi,” ujarmya. 

Tidak hanya berlaku pada investor, konsep tersebut juga berkaitan dengan keputusan atau perilaku konsumen. Menurut Chatib, konsumen akan meningkatkan tabungannya jika memiliki anggapan bahwa resesi akan terjadi. Dampaknya, tingkat belanja akan menurun. Lebih jauh, situasi tersebut akan berimbas pada penurunan permintaan agregat. 

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin melambat dan akhirnya akan terjadi resesi. “Itu lah yang disebut paradox of thrift,” tutur Chatib. 

Di dalam konteks ini, kata Chatib, Keynes menyarankam agar pemerintah meningkatkan belanjanya. Langkah tersebut akan meningkatkan daya beli. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah menyalurkan bantuan sosial untuk masyarakat kelompok bawah. 

Sementara itu, Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengklaim pemulihan ekonomi Indonesia kini terus berjalan sehingga tidak diperlukan lagi insentif untuk masyarakat secara terus menerus. “Karena kapasitas fiskal pun kini terbatas,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Minggu, 16 Oktober 2022.

Ia menyebutkan ada tiga strategi yang akan dilakukan pemerintah dalam menghadapi ancaman resesi 2023. Pertama, memperdayakan ekonomi domestik yang sangat besar. Pemerintah akan berfokus pada ekonomi domestik untuk memanfaatkan potensi penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 275 juta jiwa. 

Oleh karena itu, program penguatan produk lokal atau program Bangga Buatan Indonesia (BBI) akan terus didorong. Pemerintah pun akan melanjutkan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam (SDA) untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor.

Kemudian strategi yang kedua adalah mengendalikan inflasi, khususnya pangan. Inflasi pangan telah menjadi sumber inflasi utama di Indonesia. Sehingga, pemerintah akan terus menggalakkan gerakan tanam pekarangan, food estate, serta peningkatan produktivitas dan percepatan musim tanam. 

“Ditambah memperlancar distribusi barang dengan bekerjasama antar daerah dan subsidi ongkos angkut,” ucapnya. 

Terakhir, pemerintah menyatakan akan memperbaiki iklim investasi dengan penerapan online single submission secara penuh di seluruh Indonesia.

Sumber: tempo.co

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only