Ekonomi Tiongkok Alami Kontraksi, Minyak Ikut Terpukul

Mengawali pembukaan pekan pagi ini, harga minyak mentah terpantau bergerak lesu dibayangi perlambatan ekonomi di Tiongkok akibat melonjaknya angka infeksi Covid di negara konsumen minyak terbesar kedua dunia itu. Meski demikian, proyeksi negatif output minyak Rusia pada tahun 2023 dan ketegangan di jalur pelayaran Laut Hitam memberikan dukungan pada harga minyak.

Tim Research and Development ICDX menjelaskan, dalam data ekonomi terbaru yang dirilis menunjukkan aktivitas sektor jasa dan pabrik di Tiongkok pada bulan Oktober mengalami penurunan di bawah angka 50 poin. Untuk pemicu utama yang menyebabkan kontraksi ekonomi itu adalah pengetatan pembatasan akibat lonjakan Covid yang memberikan pukulan besar baik di sisi produksi maupun konsumsi di negara raksasa ekonomi terbesar kedua dunia itu.

Masih dari Tiongkok, Tim Research and Development ICDX menambahkan, angka infeksi baru Covid-19 di Tiongkokk mencapai 2,105 kasus pada 29 Oktober, naik dibanding 1,658 kasus pada sehari sebelumnya, ungkap data terbaru yang dirilis hari Minggu oleh Komisi Kesehatan Nasional. Peningkatan tersebut berdampak pada pengetatan pembatasan di seluruh Tiongkokk, dimana dalam laporan terbaru menyebutkan Disneyland Shanghai akan mengurangi kapasitas tenaga kerja untuk sementara mulai 29 Oktober, yang berdampak pada operasional di taman hiburan tersebut.

“Sinyal lonjakan angka infeksi di Tiongkokk itu turut memicu kekhawatiran akan berdampak pada penurunan permintaan bahan bakar di negara importir minyak terbesar pertama dunia itu,” tulis Tim Research and Development ICDX dalam risetnya, Senin (31/10/2022).

Sementara itu, Tim Research and Development ICDX  menambahkan, dalam rancangan anggaran untuk tiga tahun kedepan, Kementerian Keuangan Rusia memangkas ekspektasi produksi minyak kena pajak tahun 2023, dengan pertimbangan sanksi Barat akan berdampak pada penurunan output minyak secara keseluruhan. Produksi kondensat minyak dan gas Rusia pada 2023 diperkirakan turun hingga 8% menjadi 9.84 juta bph. Selain itu, penyulingan minyak dan volume ekspor juga direvisi turun menjadi 8.20 juta bph pada 2023, dari perkiraan sebelumnya di 10.15 juta bph.

Tim Research and Development ICDX menambahkan, sentimen positif lain datang dari memanasnya situasi di jalur pelayaran Laut Hitam yang berpotensi mengganggu jalur distribusi global. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah menyerang kapal-kapal dari Armada Laut Hitam di Sevastopol, kota terbesar di Krimea pada hari Sabtu dini hari. Sebagai tanggapan atas serangan tersebut, Rusia pada hari Sabtu menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan ekspor Laut Hitam.

“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 92 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 84 per barel,” tutup Tim Research and Development ICDX.

Sumber: investor.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only