Hancur Lebur 4 hari, Hilal Kenaikan Harga CPO Mulai Terlihat

Jakarta. Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat tipis setelah hancur lebur pada perdagangan hari sebelumnya.

Melansir Refinitiv, pada sesi awal perdagangan Selasa (18/4/2023), harga CPO terpantau naik tipis 0,11% ke posisi MYR 3.642 per ton pada pukul 08:10 WIB.

Kenaikan pada perdagangan pagi ini menjadi kabar baik setelah harga CPO jeblok.

Pada perdagangan Senin (17/4/2023) harga CPO ditutup di posisi MYR 3.638 per ton. Harganya jatuh 1,73%.

Pelemahan tersebut memperpanjang derita CPO yang terkoreksi pada 12-17 April. Dalam empat hari perdagangan tersebut, harga CPO sudah jeblok 6,4%.

Menguatnya harga CPO hari ini, salah satunya ditopang oleh stok yang menipis.

Indonesia-produsen minyak sawit terbesar dunia-memiliki stok 2,64 juta ton pada akhir Februari. Jumlah ini turun 14,84% dari bulan sebelumnya.

“Mengingat penurunan tajam stok akhir Maret minyak sawit Malaysia sebesar 1,65 juta ton, stok gabungan diperkirakan akan turun lebih lanjut,” Anilkumar Bagani, kepala riset komoditas di Sunvin Group, dikutip dari Reuters.

Sementara, berdasarkan data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia pada Senin (17/4/2023) stok akhir minyak sawit Malaysia untuk periode bulan Maret turun 21,08% dari bulan sebelumnya menjadi 1,67 juta ton.

Penguatan juga ditopang jatuhnya ringgit Malaysia. Mata uang perdagangan sawit juga tercatat melemah 0,43% terhadap dolar.

Ringgit yang lebih lemah membuat minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.

Sementara itu, Malaysia menetapkan harga referensi MYR 4.063,58 per ton untuk bulan Mei dan mempertahankan pajak ekspor untuk minyak sawit mentah sebesar 8% untuk bulan depan.

Harga acuan ini naik dibandingkan bulan April yang ditetapkan sebesar MYR 4.031,45 per ton.

Struktur pajak ekspor mulai dari 3% untuk minyak sawit mentah dalam kisaran 2.250 hingga MYR 2.400 per ton. Tarif pajak maksimum ditetapkan sebesar 8% ketika harga melebihi MYR 3.450 per ton.

Dari dalam negeri, ekspor CPO menunjukkan penurunan. Ekspor minyak sawit Indonesia dalam tiga bulan pertama tahun 2023 tercatat US$ 5,92 miliar.

Angka ini tercatat turun 11,3% dari periode yang sama tahun 2022, sebagian karena penurunan harga.

Sementara itu, Indonesia telah membentuk gugus tugas baru untuk meningkatkan tata kelola di sektor perkebunan kelapa sawit, yang bertujuan untuk memastikan perusahaan mematuhi aturan termasuk pembayaran pajak.

Indonesia adalah produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar di dunia.

Pembentukan satgas tersebut mengikuti audit di seluruh industri yang diluncurkan para pejabat tahun lalu setelah kelangkaan pasokan minyak goreng di dalam negeri.

Kelangkaan pasokan menyebabkan ekspor beberapa produk minyak sawit dihentikan selama tiga minggu dan mengejutkan pasar minyak nabati global.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, yang telah ditugaskan untuk mengepalai satuan tugas tersebut, mengatakan pihak berwenang bermaksud untuk “meningkatkan kepatuhan industri kelapa sawit kami terhadap berbagai peraturan, mengenai izin lahan … dan juga pembayaran kepada negara”.

Kantor pajak kementerian saat ini sedang memperbarui data luas perkebunan perusahaan, tambahnya.

Selama tahap pertama audit tahun lalu, Indonesia menemukan bahwa 16,8 juta hektar (41,5 juta hektar) lahannya telah ditanami kelapa sawit, lebih besar dari 16,38 juta hektar yang tercatat dalam database resmi.

Audit dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang ukuran masing-masing perkebunan, status hukum, tingkat produksi dan harga hasil untuk meningkatkan transparansi di sektor tersebut serta melindungi hutan dengan lebih baik.

Menurut analis teknikal Wong Tao yang dikutip Reuters, pada perdagangan hari ini harga CPO dapat menguji zona resistensi MYR 3.729-3.740 per ton, penembusan di atasnya dapat menyebabkan kenaikan menjadi MYR 3.797 per ton.

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only