Realisasi Penerimaan Kanwil Bea Cukai Aceh Capai Rp 44,998 Miliar

BANDA ACEH. Kakanwil Ditjen Bea Cukai Aceh Aceh, Dr Safuadi menyatakan, hingga 30 April 2023, realisasi penerimaan Kanwil Bea Cukai Aceh, dari Bea Ekspor dan Bea Impor  sudah mencapai Rp  44,998 miliar, atau sebesar 86,11 persen dari targetnya tahun ini Rp 52,255 miliar.

“Realisasi penerimaan itu bisa tinggi, dampak positif dari kegiatan ekspor CPO, PAO, Kernel, bahan tambang serta komoditi lainnya,  karena menggunakan pelabuhan lokal, ” kata Kakanwil Ditjen Bea Cukai Aceh, Dr Safuadi kepada Serambinewals.com, Minggu (14/5/2023).

Penerimaan Kanwil Ditjen Bea Cukai Aceh, kata Safuadi, bisa lebih tinggi lagi, puluhan kali lipat, dari kondisi saat ini, jika produksi CPO, PAO, Kernel dan komoditi lainnya di ekspor melalui pelabuhan lokal di Aceh.

Volume dan nilai ekspor CPO, PAO dan kernel serta turunan lainnya dari pesisir Pantai Barat – Selatan Aceh ke luar negeri, ungkap Safuadi, masih sangat rendah, dibandingkan volume dan nilai ekspor Sumatera Barat.

Tahun 2022 lalu volume ekspor CPO dan turunannya dari pesisir Pantai Barat – Selatan Aceh hanya seberat 31.999 ton dengan nilai Rp 46,2 miliar. Sementara ekspor CPO dan turunannya dari Pelabuhan  Teluk Bayur, Sumatera Barat seberat 1,9 juta ton lebih dengan nilai Rp 13,113 triliun.

Karena volume dan nilai ekspor CPO, bersama produk turunannya, dari Provinsi Sumbar yang menggunakan Pelabuhan Telur Bayurnya ke luar negeri, terus meningkat setiap tahun, sehingga dana bagi hasil pendapatan yang diterima Sumbar  atas penerimaan pajak ekspor CPO dan turunannya menjadi lebih banyak, ketimbang Aceh.

Jadi, kata Kakanwil Ditjen Bea Cukai Aceh, Dr Safuadi, jika Pemerintah Aceh ingin menerima dana bagi hasil penerimaan ekspor CPO dan turunannya dari pemerintah pusat,  banyaknya  seperti Sumatera Barat, di Pelabuhan Laut Lokalnya yang ada di pesisir Pantai Barat – Selatan Aceh, dari Calang, Aceh Jaya, , Abdya, dan Aceh Singkil, bangun tangki timbun CPO kapasitas 30.000 – 40.000 ton.

Tangki timbun yang ada di Pelabuhan Calang Aceh Jaya, kapasitasnya kecil 10.000 ton. Sementara kapal-kapal pengangkut CPO dari luar negeri, yang membawa CPO ke India dan Cina, kapasitasnya mencapai 20.000 – 30.000 ton.

Pembangunan tangki timbun CPO di Pelabuhan Laut Lokal, kata Safuadi, bisa dilakukan Badan Usaha Pemerintah Kabupaten/Kota atau Badan Usaha Pemerintah Aceh, yaitu PT Pembangunan Aceh (Pema), serta pihak swasta/Kadin Aceh, bermitra dengan PT BAS dan BSI.

Di wilayah pesisir pantai Barat – Selatan Aceh, hingga Subulussalam dan Aceh Singkil, terdapat 35 unit pabrik kelapa sawit (PKS) aktif yang memproduksi CPO dan turunannya. Sementara peluang pasar ekspor CPO bersama turunannya terbuka lebar dan kegiatan ekspor ke India dan Cina, sudah tetap sehingga investasi bangun tangki timbun minyak kelapa sawit, akan memberikan keuntungan besar bagi investornya.

Pertumbuhan ekonomi Aceh, menurut Kakanwil Ditjen Bea Cukai Aceh, Dr Safuadi, bisa lebih tinggi lagi, jika volume ekspor dan nilai ekspornya Aceh tahun 2023, lebih tinggi dari tahun 2022. Dengan penerimaan dari ekspor CPO dan impor hingga April 2022 senilai Rp 44,9 miliar, pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan I (Januari – Maret) 2023 lalu tumbuh sebesar 4,63 persen.

Jika seluruh kegiatan ekspor CPO bersama turunannya menggunakan  Pelabuhan lokal di Aceh, sebut Dr Safuadi, insya Allah pertumbuhan ekonomi Aceh, bisa mencapai 6 – 8 persen. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi Aceh, ingin menyamai atau melampaui Provinsi Jambi sebesar 6,48 persen dan Kepulauan Riau sebesar 6,51 persen, maksimalkan kegiatan ekspor melalui Pelabuhan Lokal di Aceh.

Salah satunya caranya bangun tangki timbun CPO. PAO di Pelabuhan Lokal, dan tambah fasilitas Pelabuhan Lokal. Antara lain bangun break water, alat pemecah ombak, agar pada waktu musim barat, dimana ombak laut sedang besar, kegiatan ekspor CPO tetap bisa dilaksanakan melalui Pelabuhan Lokal.

Pabrik PKS yang ada di Aceh, yang selama ini melakukan kegiatan ekspor CPO melalui Pelabuhan Luar Aceh, setelah tangki timbun CPO tersedia dalam kapasitas yang besar antara 30.000 – 40.000 ton,  PKS yang ada di Aceh, akan mengalihkan kegiatan ekspor CPO ke India dan Cina, melalui Pelabuhan Lokal setempat, karena dinilai lebih dekat, efektif dan ekonomis, ” pungkas Safuadi.

Sumber : tribunnews.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only