Gawat! Dunia Makin Kacau, RI Sudah Kena Getahnya

Pemerintah mengungkapkan, penerimaan negara dari sisi bea dan cukai telah terdampak serius dari melemahnya aktivitas perekonomian dan perdagangan global pada 2023.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, kondisi ini tergambar dari sudah anjloknya penerimaan dari sisi bea dan cukai dibanding kondisi 2022.

Ia menekankan, penerimaan bea dan cukai sangat sensitif terhadap iklim global dibanding pajak. Karena itu saat harga komoditas tinggi pada 2022 penerimaan bea dan cukai mampu naik hingga 30,37% sedangkan hingga April 2023 malah anjlok 12,8%.

“Sampai April kita lihat pelemahan dari perekonomian global dan perdagangan global sehingga harga komoditas juga jadi faktor,” kata Febrio saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Senin (12/6/2023)

“Pertumbuhannya dibanding angka yang tinggi 2022 sejauh ini kita lihat angkanya negatif 12,8% ini jadi kewaspadaan yang kita harus jaga ke depan,” ujar Febrio.

Kondisi perekonomian global yang telah menekan penerimaan itulah yang turut membuat pemerintah bersikap hati-hati membuat proyeksi penerimaan dalam RAPBN 2024. Target penerimaan perpajakan dipatok sebesar 9,92%-10,2%.

“2024 kami masih melihat risiko tinggi, terutama lebih rendah dari 2022. Dengan demikian kami untuk penerimaan ini masih secata konservatif untuk menjaga kredibilitas APBN,” tuturnya.

Khusus untuk penerimaan pajak sendiri, hingga April 2023 masih mampu tumbuh 21,29% meski jauh lebih rendah dari pertumbuhan penerimaan pajak pada 2022 sebesar 51,40%

Sumber : cnbc indonesia

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only