Revisi Pajak Sewa Lahan Kurangi Beban Emiten Menara

JAKARTA. Pemerintah berencana merevisi tarif pajak penghasilan (PPh) final sewa tanah dan bangunan dari 10% menjadi 5%. Jika terealisasi, selain memberikan efek positif ke perusahaan yang bergerak di bisnis penyewaan properti, penurunan tarif PPh final dapat menguntungkan perusahaan menara telekomunikasi.

Sebagaimana diketahui, penyedia jasa menara telekomunikasi beroperasi pada lahan sewa yang tersebar diberbagai lokasi. “Dengan pengurangan PPh final, diharapkan beban perusahaan dapat berkurang, sehingga terdapat peningkatan di laba bersihnya,” tutur Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, Selasa (1/9).

Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Helmy Yusman Santoso mengamini hal tersebut. Terlebih, PPh final sewa tanah dan bangunan saat ini cukup memberatkan.

“Selain itu, tarif 5%, ini juga lebih adil untuk industri karena tarif PPh non-final untuk industri lain juga sudah diturunkan,” ucap Helmy. Namun, Helmy belum bisa memperkirakan seberapa besar efek ke kinerja TBIG, karena revisi ini masih dalam bentuk rencana.

Wakil Direktur Utama PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Adam Gifari juga menyambut baik wacana ini. Ia menuturkan, per 30 Juni 2020, terdapat sekitar 26,8% dari total pendapatan TOWR yang terkena PPh final 10%.

Per 30 Juni 2020, sekitar 26,8% pendapatan TOWR terkena PPh final.

“Kami mengerti, penurunan tarif PPh final ini ditujukan untuk menggairahkan bisnis penyewaan properti atau bangunan, serta ingin membuat Indonesia menjadi tujuan investasi yang kompetitif dibandingkan negara-negara lain di Asia,” ungkap Adam.

Terkait sahamnya, Chris menilai, pergerakan TOWR dan TBIG ke depannya masih cukup menarik. Pasalnya, di tengah perlambatan ekonomi yang terjadi tahun ini, kinerja pendapatan dan laba bersih kedua emiten ini cenderung meningkat.

Sebagai informasi, di semester I-2020, pendapatan TOWR tumbuh 21,7% year on year (yoy) jad Rp 3,69 triliun, dengan kenaikan laba bersih 31% menjadi Rp 1,3 triliun.

TBIG mencatatkan kenaikan pendapatan 13,17% yoy menjadi Rp 2,58 triliun. Laba bersih emiten ini naik 33,59% yoy menjadi Rp 510,48 miliar.

Oleh sebab itu, Chris menilai, investor dapat mengakumulasi beli TOWR dan TBIG pada area support Rp 1.000 dan Rp 1.240 per saham. “Target harga untuk TOWR ada di level Rp 1.200 per saham dan TBIG Rp 1.460 per saham,” kata Chris.

Kemarin, harga saham TOWR berada di Rp 1.060 dan TBIG di Rp 1.310 per saham.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only