Kreativitas Pemerintah: Kunci Pemulihan Ekonomi

Kinerja perekonomian nasional kian menggembirakan. Data-data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan ekonomi di dalam negeri mulai pulih. Indikator ekonomi yang membaik di antaranya perkembangan ekspor dan impor Desember 2021, profil kemiskinan September 2021, dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk September 2021.

Persentase penduduk miskin pada September 2021 berada di level 9,71%, turun 0,43% poin terhadap Maret 2021, dan turun 0,48% poin terhadap September 2020. Penduduk miskin per September 2021 berjumlah 26,50 juta orang, berkurang 1,04 juta orang dibanding Maret 2021 dan menyusut 1,05 juta orang dibanding September 2020.

Sejalan dengan turunnya angka kemiskinan, ketimpangan pengeluaran penduduk juga menyempit. Per September 2021, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia berdasarkan rasio Gini mencapai 0,381. Angka itu turun 0,003 poin dibandingkan Maret 2021 di level 0,384 dan berkurang 0,004 poin dari September 2020 di posisi 0,385.

Di sisi lain, nilai ekspor Indonesia pada Desember 2021 mencapai US$ 22,38 miliar, melonjak 35,30% secara tahunan (year on year/yoy) atau dibanding Desember 2020, kendati turun 2,04% secara bulanan (month to month/mtm) atau dibanding November 2021. Ekspor nonmigas mencapai US$ 21,28 miliar, melesat 37,13% (yoy), meski turun 1,06% (mtm).

Dengan pencapaian itu, nilai ekspor kumulatif Januari–Desember 2021 melambung 41,88% menjadi US$ 231,54 miliar (yoy). Demikian pula ekspor nonmigas, naik tajam 41,52% menjadi US$ 219,27 miliar.

Alhasil, neraca perdagangan pada Desember 2021 mencatatkan surplus US$ 1,02 miliar. Sepanjang tahun 2021, surplus perdagangan mencapai US$ 35,54 miliar, tertinggi dalam 15 tahun terakhir.

Perbaikan indikator-indikator ekonomi itu membuat kita semakin yakin bahwa perekonomian Indonesia sudah berada di jalur yang benar (on the right track). Jika terus dipacu dengan cara-cara yang tepat, pertumbuhan ekonomi domestik pada 2022 akan mencapai minimal 5,2% sesuai target APBN. Angka kemiskinan akan turun signifikan. Rasio gini bakal menyempit lagi.

Terus terang, ekonomi Indonesia sesungguhnya masih bisa dipacu lebih kencang lagi agar tumbuh di atas target APBN. Tak terkecuali angka kemiskinan, ekspor, dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk. Ibarat mobil, perekonomian nasional masih melaju tanpa turbo atau belum mencapai kecepatan maksimumnya.

Agar ekonomi tumbuh lebih pesat dan berkualitas, pemerintah tak bisa sepenuhnya mengandalkan ekspor yang kontribusinya terhadap produk domestic bruto (PDB) pengeluaran mencapai 18-20%. Sumber-sumber pertumbuhan yang lain, yaitu pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, bahkan lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT), harus digenjot.

Konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi terbesar (56-58%) dalam struktur produk domestik bruto (PDB) pengeluaran, harus terus didorong, di antaranya dengan memberikan insentif perpajakan.

Langkah pemerintah memberikan insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP) mobil dan properti sudah benar, tinggal diperluas ke sektor-sektor lain.

Agar konsumsi rumah tangga tetap tumbuh, pemerintah harus menjaga inflasi, terutama inflasi akibat kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered price) dan harga pangan yang mudah bergejolak (volatile food). Kenaikan inflasi akan menggerus daya beli masyarakat.

Bila daya beli tergerus, pertumbuhan ekonomi kembali melambat, angka kemiskinan kembali meningkat. Inflasi saat ini memang masih rendah. Namun, ancaman La Nina pada 2022 harus diwaspadai karena bisa menurunkan produksi pertanian dan perikanan. Apalagi sejak pandemi merebak, dunia mengalami kelangkaan kapal dan kontainer.

Belum lagi jika The Fed menaikkan suku bunga yang bisa berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Jika rupiah melemah, inflasi barang impor (imported inflation) bakal menekan perekonomian Indonesia.

Pemerintah juga harus terus membenahi investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang berkontribusi 31-33% terhadap PDB pengeluaran. Investasi langsung, baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN), mengalir deras ke Indonesia, bahkan selama pandemi. Namun, karena investasi di Indonesia tidak efisien, daya dorongnya terhadap pertumbuhan ekonomi tidak maksimal.

Inefisiensi investasi dan ekonomi ditunjukkan oleh tingginya rasio investasi dengan pertumbuhan output (Incremental Capital Output Ratio/ICOR) Indonesia. ICOR Indonesia masih di kisaran 6-7, padahal ICOR Negara-negara tetangga sudah

di level 5. Karena itu, kita meminta pemerintah terus membenahi perizinan investasi dan menekan ekonomi biaya tinggi.

Perbaikan UU Cipta Kerja, sesuai keputusan Mahkamah Konstituti (MK), harus dipercepat agar transformasi ekonomi bisa dijalankan.

Di luar itu, kita mendorong pemerintah tetap belanja di tengah pandemi. Dengan kontribusi tehadap PDB pengeluaran mencapai 8-9%, konsumsi pemerintah diperlukan untuk mengungkit perekonomian agar tumbuh lebih tinggi. Tahun lalu, defisit sementara APBN mencapai 4,65% terhadap PDB, jauh lebih kecil dari target 5,7%. Realisasi defisit yang kecil memang baik. Namun, dalam kondisi saat ini, realisasi defisit bisa disesuaikan dengan target asalkan dibelanjakan ke sektor-sektor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

Paling penting, pemerintah harus meningkatkan kualitas penyerapan anggaran Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN), khususnya untuk perlindungan sosial (perl insos). Pada 2020 dan 2021, realisasi PC-PEN masing-masing hanya mencapai 83% dan 88%.

Tahun ini, realisasi anggaran PC-PEN harus di atas 95% agar memiliki daya gedor lebih kuat terhadap perekonomian. Inti dari semua itu adalah kreativitas. Pemerintah harus kreatif menggali dan memanfaatkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi. Dengan terkendalinya penyebaran Covid-19, apalagi varian baru Omicron tidak seganas yang diperkirakan, pemerintah punya kesempatan lebih besar untuk memulihkan perekonomian nasional. Bukankah Indonesia, seperti diklaim pemerintah, adalah salah satu negara yang paling sukses menangani Covid?

Sumber: investor.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only