Pemilikan SBN Naik, Ini Jurus Bankir Dorong Penyaluran Kredit Pada Paruh Kedua 2021

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Guna menjaga arus kas, perbankan menempatkan dana ke instrumen surat berharga negara (SBN) saat permintaan kredit lesu. Langkah ini diambil agar bank tetap bisa membayar bunga himpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tetap melonjak di tengah pandemi. 

Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatatkan pertumbuhan kredit baru tumbuh mencapai 0,52% year on year (yoy) pada Juni 2021. Sedangkan DPK naik 10,95% yoy pada paruh pertama 2021. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan porsi kepemilikan bank di SBN mencapai 25,28% dari SBN yang telah diterbitkan pemerintah per Juni 2021. Persentase tersebut memosisikan bank berada di peringkat pertama dalam kepemilikan SBN, diikuti Bank Indonesia 23,05%, non residen 22,82%, asuransi dan dana pensiun 14,25%, dan lainnya 14,6%.

Adapun porsi kepemilikan SBN oleh perbankan hingga akhir semester I-2021 tersebut lebih tinggi dari posisi per akhir Desember 2020 sebesar 24,67% dan akhir tahun 2019 yang sebesar 20,73%.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha bilang penempatan dana di surat berharga sebesar Rp 201,95 triliun (bank only) per Mei 2021. Ia mengaku angka tersebut memang mengalami peningkatan dibandingkan periode tahun lalu.

“Sebagai upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan kredit, ekspansi kredit dilakukan secara prudent kepada targeted customer dan dilakukan pada sektor yang masih memiliki prospek positif atau yang relatif telah recovery lebih cepat. Misalnya sektor telekomunikasi, industri makanan & minuman, jasa kesehatan dan agrikultur dengan tren yang membaik,” ujar Rudi kepada KONTAN pada Jumat (16/7).

Lanjunya, salah satu sektor yang mencatat pertumbuhan paling tinggi yaitu sektor komunikasi yang naik sebesar 64,9% YoY di bulan Mei 2021. Adapun, secara bank only hingga Mei 2021 pertumbuhan kredit Bank Mandiri meningkat 3,29% secara yoy.

Bank Mandiri tetap optimis bahwa kondisi ekonomi mulai tumbuh positif pada triwulan II 2021 yang didorong oleh upaya Pemerintah dalam meningkatkan Indeks Keyakinan Konsumen melalui optimisme terkait keberhasilan proses vaksinasi dan program Pemulihan Ekonomi Nasional. Ia yakini hal ini dapat meningkatkan demand kredit sampai dengan akhir tahun.

Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Aestika Oryza menyatakan saat ini tren penempatan pada SBN oleh BRI cenderung menurun. Seiring dengan adanya beberapa SBN yang telah jatuh tempo dan di saat yang sama terdapat jatuh tempo beberapa kewajiban BRI seperti Obligasi yang diterbitkan, sehingga utilisasi atas likuiditas dari SBN yang jatuh tempo digunakan untuk membayar kewajiban BRI tersebut. 

“Seiring mulai pulihnya perekonomian dan program vaksinasi yang tengah digencarkan, tren penyaluran kredit kami proyeksikan mulai tumbuh dengan baik tetapi belum dapat mengimbangi pertumbuhan simpanan BRI, sehingga diperkirakan tren penempatan pada SBN akan naik secara terbatas menyesuaikan dengan kecepatan pertumbuhan pinjaman,” jelasnya kepada KONTAN. 

Ia menyebut berdasarkan perhitungan model ekonometrika BRI, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. BRI pun berkomitmen untuk terus menjadi mitra utama pemerintah dalam kaitannya penyaluran bantuan dan stimulus dengan harapan meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat yang pada ujungnya mampu mengerek pertumbuhan kredit nasional. Secara umum BRI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 6% hingga 7% yoy di tahun ini.

Direktur Treasury & International Bank Negara Indonesia (BNI) Henry Panjaitan mengatakan portfolio SBN BNI saat ini mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan kredit terus diupayakan di tengah kondisi industri perbankan yang masih membukukan pertumbuhan kredit -1,28% (yoy) di bulan Mei, 2021.

“Pada kuartal pertama 2021, kredit BNI masih tumbuh 2,2% secara (yoy) dan kredit disalurkan pada sektor dan segmen yang diproyeksikan akan tumbuh. Penempatan dana dalam SBN dilakukan untuk optimalisasi yield sebelum dana dapat tersalurkan di kredit, sehingga pertumbuhannya akan akan diselaraskan dengan pertumbuhan kredit dan DPK,” pungkasnya.

Sumber: kontan.co.id, Senin 19 Juli 2021

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only