Gaet Raksasa Migas Global, RI Harus Siap Bertarung!

Jakarta, CNBC Indonesia – Mencari investor minyak dan gas bumi (migas) bukan lah perkara mudah, terutama di kondisi pandemi saat ini di mana-mana sejumlah perusahaan migas dunia mengetatkan investasinya.

Tak hanya itu, adanya transisi energi baru terbarukan juga membuat investasi di sektor migas ini lebih ditekan.

Karena sejumlah negara penghasil migas berlomba-lomba menggaet investor di tengah semakin terbatasnya akses investasi tersebut, maka mau tidak mau Indonesia pun harus bisa meningkatkan daya saing dibandingkan sejumlah negara lainnya.

Irtiza Sayyed, Presiden ExxonMobil Indonesia, mengatakan Indonesia harus bersaing dengan negara lain dalam menggaet investor. Setiap negara berkompetisi secara global untuk bisa memberikan tingkat pengembalian modal (return) yang lebih besar dan berkomitmen dalam jangka panjang.

“Tantangan global sekarang ini yaitu untuk mendapatkan global funding, jadi negara ini berkompetisi secara global untuk bisa memberikan return lebih besar, ini butuh komitmen panjang satu sama lain,” paparnya dalam “The 45th IPA Convention and Exhibition 2021” secara virtual pada hari ini, Rabu (01/09/2021).

Proyek investasi di sektor hulu migas ini menurutnya berupa kemitraan antara investor dengan negara sebagai tuan rumah. Sehingga, ini juga berkaitan dengan sektor lingkungan, ekonomi, politik dan regulasi yang ada di negara tersebut.

“Menjaga kompetisi adalah resep untuk bisa sukses,” ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, sektor hulu migas di Indonesia sudah terbukti sangat signifikan peranannya bagi perekonomian negara ini.

Dari sisi potensi migas pun menurutnya berdasarkan studi yang ada, cekungan di Indonesia harus banyak yang dieksplorasi.

“Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan Omnibus Law, ini membuat pemerintah bisa mengambil tindakan dan menaikkan iklim investasi. Kami sambut baik,” ujarnya.

Investasi di sektor hulu migas RI saat ini masih lemah. Per semester I 2021, capaian investasi di sektor hulu migas baru US$ 4,92 miliar atau 39,7% dari target tahun ini US$ 12,38 miliar.

Demi memperbaiki iklim investasi di sektor hulu migas, pemerintah menyiapkan sembilan paket insentif. Dari sembilan paket insentif ini, sebanyak enam insentif telah mendapatkan persetujuan pemerintah dan tiga insentif lainnya tengah dalam proses pembahasan.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto sempat menuturkan, ada tiga insentif yang tengah dipersiapkan pemerintah.

Tiga insentif tersebut antara lain pertama, tax holiday untuk pajak penghasilan di semua wilayah kerja migas. Kedua, penyesuaian biaya pemanfaatan Kilang LNG Badak sebesar US$ 0,22 per MMBTU.

“Ketiga, dukungan dari kementerian yang membina industri pendukung hulu migas (industri baja, rig, jasa, dan service) terhadap pembahasan pajak bagi usaha penunjang kegiatan hulu migas,” paparnya.

Sumber: CNBC Indonesia, Rabu 1 September 2021

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only