Wajib Pajak Badan Dilarang Ikut Program Tax Amnesty Jilid II

Pemerintah akan menggelar tax amnesty jilid II yang bernama Program Pengungkapan Sukarela (PPS) pada 1 Januari 2022 hingga 30 Juni 2022. Ada dua program pengampunan pajak yang ditawarkan pemerintah kepada wajib pajak (WP).

Pertama, program PPS untuk para alumni tax amnesty 2016-2017 baik bagi yang belum sempat belum mengungkapkan kewajiban perpajakannya kala itu, WP orang pribadi, maupun WP Badan.

Tarif yang ditawarkan antara lain, pajak penghasil (PPh) Final sebesar 11% untuk deklarasi harta yang berada di luar negeri.

Kemudian 8% untuk aset di luar negeri yang direpatriasikan ke dalam negeri dan aset dalam negeri.

Terakhir, 11% untuk aset luar negeri dan aset dalam negeri yang diinvestasikan dalam Surat Berharga Negara (SBN)/kegiatan usaha sektor pengolahan sumber daya alam (SDA) atau energi terbarukan.

Kedua, program PPS yang ditujukan kepada WP OP atas aset perolehan tahun 2016-2020 yang belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2020.

Sayangnya, skema ini tak diperkenankan bagi WP Badan.

Dalam skema kedua, tarif PPh Final yang diberikan juga lebih tinggi dibandingkan skema pertama, yakni 18 untuk deklarasi harta yang berada di luar negeri.

Selanjutnya, 14% untuk aset di luar negeri yang direpatriasikan ke dalam negeri dan aset dalam negeri.

Lalu, 11% untuk aset luar negeri dan aset dalam negeri yang diinvestasikan dalam SBN, kegiatan usaha sektor pengolahan SDA atau energi terbarukan.

Direktur Peraturan Perpajakan I Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Hestu Yoga Saksama mengatakan kewajiban perpajakan WP Badan pada dasarnya relatif sudah tertata dengan diwajibkannya melakukan pembukuan pajak.

Sehingga, WP Badan sudah seharusnya patuh sejak awal, karena administrasi yang memadai. Di sisi lain, jumlah WP Badan jauh lebih sedikit dibandingkan WP OP. Dus, pemerintah meyakini pengawasan kepatuhan perpajakan WP Badan mudah dilakukan.

“Sekali lagi mereka (WP Badan) dari awal mereka memiliki infrastruktur perpajakan yang berbeda dengan WP OP,” kata Yoga saat Media Gathering, Rabu (3/11/2021).

Yoga menegaskan, memang fokus pemerintah dalam skema kedua PPS WP yakni meningkatkan kepatuhan WP OP secara sukarela. Harapannya, setelah diselenggarakannya pengampunan pajak tersebut, ke depan WP OP dapat mengisi SPT Tahunan dengan benar.

“Kalau WP OP jumlah-nya banyak yang belum masuk juga banyak, dan pengalaman kita WP OP ketika tax amnesty dapat meningkatkan kepatuhan pajak, melonjak tinggi banget. Ini yang kami harapkan,” ucap Yoga.

Namun jika berkaca pada implementasi tax amnesty lima tahun lalu, kepatuhan WP OP memang akan meningkat dalam dua tahun, pasca program digelar. Namun di tahun ke tiga kembali normal, seiring basis wajib pajak yang bertambah.

Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo menambahkan, pada prinsipnya keuntungan yang didapat oleh korporasi akan diberikan kepada pemiliknya, pemegang saham, dan sebagainya yang merupakan WP OP.

Alhasil, WP Badan pada akhirnya tak menikmati profit perusahaan.

“Yang kedua badan sudah pernah diberi pengampunan waktu dulu, maka sudah fair, mestinya tidak pernah diberi. Maka asumsinya sekarang dianggap patuh. PT sudah banyak akuntan publik ada konsultan,” kata Prastowo dalam kesempatan sama.

Sumber: tribunnews.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only