Insentif Kelar, Cuan Properti Ambyar

JAKARTA. Berakhirnya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pada 30 September 2022, menambah beban kinerja emiten properti. Terlebih, insentif ini selesai di tengah tren kenaikan inflasi dan suku bunga tinggi.

Tak ayal, secara sektoral, kinerja saham properti pun anjlok. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (7/10), indeks properti dan real estate turun 10,96% sejak awal tahun ke 688,34.

Jika dilihat per sektor, indeks properti dan real estate mencetak penurunan paling tajam kedua sejak awal tahun ini di bawah indeks teknologi, yang telah merosot 21,32%. Secara bulanan, indeks properti juga melorot sebesar 14,36%.

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova melihat, dua pekan sebelum insentif PPN DTP usai, saham emiten properti sudah mengalami tekanan jual. “Dalam dua pekan ke depan, indeks properti bisa menuju 670. Ini seiring pasar dilanda aksi profit taking sejak September,” kata Ivan, Minggu (9/10).

Analis Kanaka Hita Solvera William Wibowo mengestimasi, tekanan pada sektor properti akan bertambah. Apalagi, potensi ketidakpastian ekonomi global masih terbuka hingga 2023.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menimpali, selama ini insentif PPN DTP telah menjadi angin segar bagi emiten properti di tengah tekanan pandemi Covid-19. Kebijakan ini sekaligus meringankan masyarakat untuk membeli rumah.

Saham pilihan

Dus, berakhirnya insentif PPN DTP bisa menjadi katalis negatif bagi emiten di sektor properti. “Jika insentif tidak diperpanjang di tengah tren suku bunga tinggi dan ancaman inflasi, bisa menekan kinerja emiten properti karena daya beli masyarakat melemah,” ujar Jono.

Toh, William menilai, tekanan tersebut bisa jadi momentum tepat mengoleksi saham properti dengan strategi buy on weakness. Investor bisa masuk ke PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dengan support Rp 158 dan resistance Rp 185.

Investor juga bisa buy on weakness PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dengan support Rp 865 dan resistance Rp 1.020 dan buy on weakness PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dengan support Rp 400 dan resistance Rp 490.

Jono menjagokan saham CTRA dengan target harga di Rp 1.500. Alasannya, CTRA punya landbank di luar Jawa dan daerah penghasil komoditas. CTRA juga memiliki neraca kuat sehingga bisa ekspansif. “Selain itu, pendapatan berulang CTRA masih stabil dari bisnis mal, hotel dan rumahsakit,” jelas Jono.

Sedangkan Ivan menyarankan investor wait and see saham properti sembari mencermati rilis laporan keuangan emiten untuk periode kuartal III-2022. Dia menilai, emiten emiten properti yang masih menarik dicermati adalah CTRA, ASRI, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).

Sumber : Harian Kontan Senin 10 Oktober 2022 hal 3

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only