Ini Deretan Manfaat Gelar IPO dan Jadi Perusahaan Terbuka

Pasar modal kini menjadi opsi yang banyak dipilih perusahaan untuk mencari pendanaan. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun terus berupaya meningkatkan minat perusahaan untuk mencari pendanaan di pasar saham dengan melepas sahamnya kepada publik.

Saptono Adi Junarso, Kepala Divisi Layanan dan Pengembangan Perusahaan Tercatat BEI membeberkan, terdapat sejumlah keuntungan jika perusahaan memutuskan untuk go public. Bukan hanya dari sisi pendanaan, terdapat nilai baru yang akan muncul bagi perusahaan yang memutuskan untuk melakukan initial public offering (IPO), yakni adanya harga dan nilai saham yang tidak dimiliki oleh perusahaan tertutup.

IPO juga menciptakan kemandirian perusahaan. Sebab, emiten bisa langsung mencari pendanaan di pasar modal. Selain itu, perusahaan terbuka memungkinkan kemudahan dalam mendapatkan mitra strategis.

“IPO juga bisa meningkatkan kinerja emiten dengan modal yang besar. Selain itu, bisa menciptakan tata kelola perusahaan yang baik, sehingga perusahaan akan cepat tumbuh dan semakin besar,” terang Saptono dalam webinar Capital Market Summit Expo yang digelar virtual, Kamis (13/10).

Perusahaan terbuka juga turut mendapatkan insentif perpajakan dari pemerintah. 

Natalius, Kepala Subdirektorat Kerjasama dan Kemitraan Direktorat P2Humas Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan  menyebutkan, bagi emiten, pemerintah menyiapkan insentif dalam hal pembayaran pajak. Salah satunya, emiten bisa mendapatkan tarif pajak penghasilan (pph) yang lebih rendah 3%.

Untuk mendapatkan insentif ini tentu ada syaratnya, yang tertuang dalam UU No 7 tahun 2021. Untuk mendapatkan fasilitas tarif pajak yang lebih rendah sebesar 3%, jumlah saham emiten yang disetor diperdagangkan harus paling sedikit 40% dengan saham yang beredar paling sedikit dimiliki oleh 300 pihak. 
Natalius melanjutkan, 300 pihak tersebut hanya boleh memiliki saham kurang lebih 5% dari modal ditempatkan dan disetor, dan harus dipenuhi dalam 183 hari atau 6 bulan.

“Pajak perusahaan go publik dikelola kantor pajak khusus yang menangani emiten, yakni pelayanan pajak masuk bursa. Secara pelayanan dan kapabilitas kantor pajak ini punya keunggulan dari kantor pajak biasa,” terang Natalius.

Edward Lubis, Direktur Utama PT Bahana Sekuritas menyebut, sebelum melakukan IPO, perusahaan harus menyiapkan sejumlah aspek utama. Pertama yakni menyiapkan story atau persepsi terkait bisnis yang dijalankan perusahaan. Aspek ini berisikan pertumbuhan perusahaan, persaingan dengan peers, produk unggulan, serta prospek industri.

Sebab, masyarakat perlu memahami bisnis dan prospek yang dijalankan suatu calon emiten. Ibarat kata, ini bisa menjadi proposal awal dalam menawarkan saham kepada publik. Nantinya, dari proposal awal inilah ketertarikan investor akan muncul.

Kedua, aspek timing. Menurut Edward, penting bagi calon perusahaan  untuk mengetahui kondisi dan sentimen pasar Ketika akan melepaskan sahamnya kepada publik. 

“Jika ingin masuk ke pasar lewat bursa, sentimen pasar harus sedang bagus, bukan sedang mengalami musibah, bencana, kurangnya likuiditas,” papar Edward.

Dia menilai, masa new normal seiring berakhirnya pandemi saat ini cukup tepat untuk melakukan IPO. Aspek-aspek ekonomi Indonesia post Covid-19 juga cukup solid, misalkan dari sisi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), hingga nilai tukar rupiah yang masih tangguh dibandingkan mata uang regional.

“Meski pandemi sudah mereda, tetapi masih ada sentimen perang Rusia Ukraina. Harga komoditas dunia juga naik, terutama energi. Ini memicu cost push sehingga mendorong inflasi dan berpotensi memunculkan resesi,” sambung Edward.

Ketiga adalah valuation pricing seperti penetapan kebijakan dividen. Sebab, seiring dengan pertumbuhan perusahaan yang baik, ada kalanya pemegang saham  ingin menikmati dividen.

Sudah banyak perusahaan yang merasakan manfaat IPO untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satunya PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE).

Direktur Utama PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk Andrew Mulyadi menuturkan, dengan adanya penambahan dana dengan IPO, BIKE bisa mengembangkan produk yang ada menjadi semakin besar. Produk yang sedang dikembangkan BIKE yakni sepeda listrik dan motor listrik.

“Sepeda listrik dan motor listrik saat ini sedang dikembangkan, dimana pemerintah menargetkan penggunaan motor listrik di 2025 sebanyak 2 juta unit. Jadi kami menggunakan hasil IPO untuk meningkatkan produk ini,” terang Andrew.

Asal tahu, BIKE menggelar IPO pada Maret 2020. Andrew menuturkan, salah satu pertimbangan BIKE menggelar IPO adalah permintaan terhadap sepeda yang naik selama pandemi, sehingga dibutuhkan penambahan dana modal kerja dari pihak luar. 

“Antusias masyarakat untuk investasi di saham cukup besar, di sinilah saya mengambil momen untuk mengi-IPO kan BIKE,” pungkas Andrew. Ini terbukti dari IPO BIKE yang mengalami oversubscribe hingga 20 kali.

Sumber: investasi.kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only