Sri Mulyani ‘Pede’ Pundi-Pundi Pajak & PNBP Full Tahun Ini

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis, prospek penerimaan negara masih akan cerah hingga akhir tahun ini. Ia menargetkan pendapatan negara akan mencapai Rp 2.637,2 triliun hingga akhir 2023, atau mencapai 107,1% dari target APBN 2023 yang sebesar Rp 2.463 triliun.

Ia merincikan, pendapatan negara pada tahun ini akan disumbang oleh tingginya penerimaan pajak yang mencapai Rp 1.818,2 triliun atau 105,8% dari target tahun ini sebesar Rp 1.718 triliun. Realisasi ini pun juga jauh di atas realisasi penerimaan pajak pada 2022 sebesar Rp 1.716,8 triliun.

Menurut Sri Mulyani, realisasi penerimaan pajak itu akan dipengaruhi oleh masih tumbuh solidnya perekonomian nasional serta efektivitas implementasi kebijakan dan pengawasan kepatuhan, meski besarannya tidak akan setinggi semester I-2023 karena kecenderungan moderasi harga komoditas.

“ini artinya kita akan melampaui target dari tahun ini mencapai 105,8%,” kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, seperti dikutip Selasa (11/7/2023).

Sementara itu, untuk penerimaan Kepabeanan dan Cukai diperkirakannya tidak akan melampaui target. Menurutnya, penerimaan bea dan cukai hanya akan mencapai Rp 300,1 triliun, atau 99% dari target yang ditetapkan dalam APBN 2023 sebesar Rp 303,2 triliun. Besarannya pun masih lebih rendah dari realisasi 2022 Rp 317,8 triliun.

Kondisi penerimaan bea dan cukai ini dipengaruhi dampak penurunan produksi rokok atau hasil tembakau, turunnya harga komoditas utama ekspor seperti minyak mentah kelapa sawit atau CPO, serta turunnya tarif bea keluar produk mineral karena proses hilirisasi.

“Ini masih cukup baik karena bea dan cukai selama pandemi tiga tahun berturut-turut tidak pernah kontraksi penerimaannya, jadi ini kontraksi karena normalisasi harga komoditas,” tegas Sri Mulyani.

Adapun penerimaan negara yang berasal dari penerimaan negara bukan pajak atau PNBP akan mencapai Rp 515,8 triliun atau 116,9% dari target Rp 441,4 triliun. Kendati demikian, besarannya masih di bawah realisasi pada 2022 yang sebesar Rp 595,8 triliun.

Penerimaan negara hingga akhir tahun ini dipengaruhi oleh PNBP SDA Migas yang akan di bawah target karena adanya moderasi harga minyak, PNBP SDA Nonmigas yang akan dipicu tren turunnya harga minerba, dan pendapatan kekayaan negara yang dipisahkan atau KND di atas target karena adanya tambahan setoran dividen BUMN.

“Jadi meski levelnya cukup baik yaitu Rp 515,8 triliun atau dalam hal ini kita perkirakan di atas target 116,9% dari target APBN, namun dilihat dari levelnya PNBP kontraksi 13,4% dibandingkan tahun lalu yang PNBP nya cukup tinggi,” tutur Sri Mulyani.

Pendapatan negara secara umum juga akan dipengaruhi oleh perkiraan masuknya dana hibah sebesar Rp 3,1 triliun atau tumbuh 757,2% dari target APBN tahun ini yang sebesar Rp 400 miliar. Besarannya masih jauh lebih rendah dari realisasi 2022 yang sebesar Rp 5,7 triliun.

Sumber : www.cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only