Koreksi Harga Komoditas Menahan Setoran Pajak

Tersengat kelesuan perekonomian global, pemerimaan akhir pajak di akhir tahun akan melambat

Penerimaan pajak selama empat bulan terakhir tahun ini mungkin tidak terlalu signifikan untuk menambah pundi-pundi keuangan negara. Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan memproyeksikan nilai pajak pada empat bulan ke depan (periode September-Desember 2023) akan lebih rendah dibandingkan realisasi penerimaan pajak pada Januari hingga Agustus 2023.

Direktur Potensi Kepatuhan dan Penerimaan Ditjen Pajak Kemkeu, Ihsan Priyawibawa menyebutkan, kondisi ini dipicu tren penurunan harga komoditas yang diperkirakan masih berlanjut, serta adanya perlambatan ekonomi global.

Realisasi penerimaan pajak dari awal tahun hingga Agustus 2023 mencapai Rp 1.246,97 triliun. Kinerja penerimaan pajak tersebut melambat atau hanya tumbuh 6,4% dibandingkan realisasi penerimaan di periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 58,1%.

“Meski begitu pada akhir tahun nanti insya Allah penerimaan pajak kita masih tumbuh positif,” tutur Ihsan dalam forum Media Gathering di Bogor, Selasa (26/9).

Ditjen Pajak masih akan mengandalkan penerimaan pajak dari industri pengolahan, perdagangan, jasa keuangan dan asuransi, serta sektor pertambangan untuk mengejar outlook penerimaan pajak hingga akhir tahun 2023 yang ditargetkan mencapai Rp 1.818,2 triliun atau 105,8% dari target dalam APBN 2023.

Menurut Ihsan, kinerja keempat sektor itu hingga Agustus 2023 masih mencatatkan pertumbuhan positif, meski tidak setinggi pada 2022. Dia memperkirakan setidaknya empat sektor ini menyumbang 70% dari total target penerimaan pajak.

Selain itu, meski kinerja penerimaan pajak selama empat bulan ke depan diprediksi tidak akan setinggi bulan sebelumnya, Ihsan optimistis realisasi penerimaan pajak tahunan akan mencapai target. Optimisme ini juga salah satunya didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil serta kenaikan harga komoditas pada 2022 lalu.

“Melihat kondisi ini, kami memang memperkirakan insya Allah tahun ini DJP bisa memenuhi target. Artinya kita bisa surplus Rp 100 triliun dengan pertumbuhan sekitar 5,9%,” ungkap dia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan adanya tren ekonomi global membuat perlambatan ekonomi Indonesia. “Kita harus waspada terhadap tren yang menunjukkan perlambatan yaitu di 6,4%,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Rabu (20/9).

Kinerja penerimaan yang melambat ini disebabkan penurunan signifikan harga komoditas, penurunan nilai impor, dan tidak berulangnya kebijakan Program Pengungkapan Sukarela (PPS).

“Penerimaan kita pertumbuhannya terlihat melambat. Ini jauh lebih rendah dibandingkan penerimaan tahun lalu yang mencapai 58,1%. Tentu saja karena tahun lalu di-drive oleh kenaikan berbagai komoditas dan pemulihan ekonomi dari basis yang sangat rendah di tahun 2021,” kata Sri Mulyani.

Sumber : Harian Kontan 27 September 2023, Halaman 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only