Insentif Fiskal dan Kontrak Kerja Sama Khusus ‘Lapangan Tua’

Produksi minyak dan gas nasional terus menurun. Pada tahun 2010, produksi minyak nasional tercatat masih berada pada kisaran 1 juta barel per hari, sementara pada tahun 2022, SKK Migas mencatat produksi minyak nasional hanya sekitar 612 ribu barel per.

Kondisi yang sama juga terjadi untuk produksi gas, pada tahun 2010 produksi gas nasional tercatat berada pada kisaran 8.857 juta standar kubik per hari, sementara saat ini produksi gas tercatat hanya berada pada kisaran 5.374 juta standar kubik per hari.

Jika di rata-rata, selama periode 2010 hingga 2022 produksi migas nasional tercatat mengalami penurunan sekitar 3,28% per tahun untuk minyak dan 3,36% per tahun untuk gas.

Secara teknis, tren penurunan produksi migas nasional yang terus berlanjut sebetulnya tidak terlalu mengherankan dan memang sudah dapat diprediksi karena produksi mengandalkan lapangan yang sudah dapat dikategorikan sebagai mature field (lapangan tua). Dalam hal ini, mature field yang dimaksud adalah lapangan atau wilayah kerja migas yang berdasarkan perhitungan teknis telah mencapai puncak produksi dan telah berada pada fase natural decline menuju akhir masa produktifnya.

Merujuk pada data Ditjen Migas dan SKK Migas, ReforMiner Institute (2022) mencatat setidaknya terdapat 40 wilayah kerja atau sekitar 52% dari total 75 wilayah kerja produksi yang aktif sampai dengan tahun 2020 merupakan wilayah kerja yang masuk dalam klasifikasi mature field. Dari jumlah tersebut, 36 wilayah kerja tercatat berumur sekitar 25 sampai 50 tahun. Sementara 4 wilayah kerja tercatat berumur lebih dari 50 tahun.

Dalam hal porsi produksi minyak, pada tahun 2021 tercatat sekitar dari 36,52% produksi minyak nasional tercatat berasal dari lapangan-lapangan yang telah beroperasi lebih dari 50 tahun dengan perincian wilayah kerja Rokan dengan porsi sekitar 24,61%; wilayah kerja Offshore Southeast Sumatra (OSES) dengan porsi sekitar 3,64%, wilayah kerja Offshore North West Java (ONWJ) dengan porsi sekitar 4,06% dan Mahakam dengan porsi sekitar 4,06%.

Sementara untuk produksi gas, hingga tahun 2021 produksi gas nasional masih didominasi lapangan-lapangan yang telah berproduksi lebih dari dua dekade seperti wilayah kerja Corridor dengan porsi sekitar 14,0%, wilayah kerja Mahakam dengan porsi sekitar 8,0%.

Insentif Fiskal untuk Mature Field
Selain permasalahan teknis, aspek utama lain yang menentukan operasi dan keberlanjutan pengelolaan mature field adalah pada aspek keekonomiannya. Sejalan dengan umur lapangan yang terus menua, biaya yang harus dikeluarkan di dalam melakukan optimalisasi produksi di lapangan-lapangan mature field cenderung terus meningkat seiring dengan tuntutan penerapan teknologi tertentu. Penerapan insentif fiskal sangat diperlukan untuk menjaga tingkat keekonomian proyek agar lapangan dapat terus beroperasi dan berproduksi.

Merujuk studi Inter-American Development Bank (2020), disebutkan pemberian insentif untuk mature field dapat menambah umur keekonomian proyek rata-rata sekitar 30 tahun. Optimalisasi mature field melalui pemberian insentif lazim diterapkan dan tercatat telah berhasil meningkatkan produksi migas di sejumlah negara.

Australia misalnya, melalui pemberian insentif fiskal untuk mature field, telah berhasil meningkatkan produksi minyak sekitar 1,6% per tahun dan gas sebesar 10,3% per tahun pada periode 2010-2019. Beberapa bentuk insentif fiskal yang diberikan diantaranya insentif pembatasan royalti juga insentif bea cukai migas.

Keberhasilan untuk meningkatkan produksi migas melalui pemberian insentif fiskal pada mature field juga terjadi di Brasil dan Kanada. Pemerintah Brasil tercatat memberikan insentif fiskal berupa pengurangan pembayaran royalti sekitar 5% untuk mature field dengan skala kecil, dan 5% sampai dengan 7,5% untuk mature field dengan skala besar.

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only