Aneh! Harga Timah Dalam Negeri Lebih Mahal Ketimbang Impor

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa harga timah di dalam negeri tidak ekonomis ketimbang harga timah yang dibeli melalui impor. Hal itu karena, pembelian timah di dalam negeri dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh).

Kepala Balai Besar Pengujian Mineral dan Batu Bara ESDM, Julian Ambassadur Shiddiq menyampaikan, harga timah di Indonesia masih terhitung lebih mahal dari yang dijual negara lain.

“Untuk pemerintah dan keuangan dan pimpinan negara. Timah impor bisa bersaing dengan timah dalam negeri. Yang menjadi masalah itu PPN PPH sehingga timah dalam negeri nggak ekonomis,” ungkap Julian dalam CNBC Indonesia Energy & Mining Outlook di Jakarta, Kamis (23/2/2023).

Dia menambahkan, kesempatan produksi timah menjadi tidak terserap dengan optimal dalam negeri menjadi kurang kompetitif dengan harga yang ditentukan oleh negara lain.

Julian juga mengatakan bahwa jangan sampai timah yang diproduksi di Indonesia jadi kurang kompetitif dibandingkan dengan produksi dari negara lain. “Kita kasih masukan harga timah dalam negeri bisa kompetitif baik dengan harga timah impor,” tandasnya.

Di sisi lain, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto bilang, kunci sukses hilirisasi adalah konsistensi kebijakan. Dia menyebut, pemerintah konsisten mendorong hilirisasi lewat penyetopan ekspor bijih nikel. Hal serupa pun berlaku untuk timah.

Hal tersebut tentunya dilakukan untuk mendorong nilai tambah barang tambang tidak hanya melulu sebagai bahan mentah siap ekspor. Namun demikian, proses hilirisasi tentu bergantung erat dengan kebijakan industrinya, terhadap produk-produk terkait sehingga perlu didorong semakin kompetitif.

“Kalau timah sebagian besar untuk solder 50%, untuk elektronika. Sama juga yang sedang kita lakukan pada nikel, untuk battery cell atau battery pack dibangun dekat pabrik mobil,” tutur Seto dalam CNBC Indonesia Energy & Mining Outlook di Jakarta, Kamis (23/2/2023).

Keterkaitan timah dengan nikel atau produk baterai pun dinilainya cukup erat, terutama dalam produk kendaraan listrik, di mana banyak pemanfaatan timah dalam perangkat elektroniknya.

Seto melihat apabila hal ini bisa dilakukan maka demand akan meningkat. “Sekarang semua negara mau ngikut Indonesia, mereka lihat value added kita. Demand dalam negeri akan meningkat, sama seperti China, produsen nomor 1, cadangan nomor 1,” tukasnya.

Ekosistem dan industri kendaraan listrik pun menjadi kunci utama dalam hilirisasi timah dan barang tambang lainnya seperti nikel, tembaga dan alumunium. Pemerintah pun gencar berupaya menarik masuk investor dan produsen kendaraan listrik ke Tanah Air.

Hal ini tentunya untuk mendorong ekosistem bergeliat sehingga permintaan akan timah dalam konteks hilirisasi bisa dijaga.

Sumber : Cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only