Dorong Investasi di Sektor Farmasi, Insentif Fiskal Perlu Diperbanyak

Asosiasi Farmasi dan Kesehatan Filipina, Pharmaceutical and Healthcare Association of the Philippines (PHAP) meminta pemerintah memberikan insentif fiskal untuk menarik lebih banyak investor.

Presiden PHAP Diana Edralin menilai pemerintah perlu melakukan perbaikan agar investor tertarik menanamkan modalnya di sektor farmasi. Terlebih, negara-negara tetangga lainnya di kawasan telah lebih dahulu memberikan beragam insentif dan kemudahan.

“Kita harus belajar dari negara-negara tetangga kita apa best practice-nya. Bagaimana kemudahan mendirikan usaha, insentif yang diberikan pemerintah, dan pembangunan lokasi manufaktur yang disiapkan,” katanya, Senin (27/2/2023).

Edralin menuturkan insentif pajak menjadi salah satu elemen penting dalam upaya menarik lebih banyak investasi dalam pengembangan sektor farmasi dan industri kesehatan. Insentif pajak dapat diberikan dalam berbagai skema sehingga investor merasa diuntungkan.

Selain soal insentif, pemerintah juga perlu memikirkan kemudahan dari sisi perizinan bagi investor. Walaupun telah terjadi perbaikan, pengusaha masih memerlukan waktu beberapa pekan untuk mengurus izin usaha.

Selain itu, produsen farmasi dan alat kesehatan juga masih membutuhkan waktu selama 2 hingga 3 tahun untuk mengurus perizinan di Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Khusus untuk beberapa obat tertentu, durasi pengurusan izinnya dapat dipangkas menjadi 48 hari.

Edralin menyebut pemerintah perlu menata ulang kebijakan soal izin edar produk farmasi dan alat kesehatan di Filipina. Misal, atas obat-obatan yang sudah disetujui di negara lain, proses pengurusan izinnya dapat dipercepat dengan koordinasi antar-otoritas.

“Insentif pajak hanya satu aspek. Apakah saya akan mendapatkan izin saya dalam waktu 2 pekan? Proses regulasi juga penting,” ujarnya.

Sementara itu, Asosiasi Produsen Farmasi Filipina (PPMA) mencatat hanya 32% produk farmasi yang dijual di Filipina diproduksi secara lokal. Artinya, mayoritas obat yang diperlukan masyarakat masih harus diimpor.

Presiden PPMA Higinio Porte Jr. menjelaskan kebanyakan obat yang beredar di pasar merupakan produk impor dari India dan China. Dia pun berharap pemerintah dapat membantu produsen lokal agar dapat memproduksi obat sendiri dan bersaing dengan produk impor.

“Produsen lokal kehilangan daya saing harga dengan produk dari kedua negara tersebut. Perlu lebih banyak dukungan pemerintah untuk membalikkan keadaan ini,” tuturnya seperti dilansir business.inquirer.net.

Sumber: news.ddtc.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only