Tahun 2022, Kontribusi Pajak dari Industri Penerima HGBT Naik Hingga 66%

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menuturkan kontribusi pajak dari 7 sektor industri penerima harga gas bumi tertentu (HGBT) mengalami peningkatan hingga 66% di sepanjang 2022.

Melansir data yang disampaikan Kemenperin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII, realisasi pajak di sepanjang 2022 senilai Rp 26,36 triliun atau naik dari 2021 senilai Rp 15,89 triliun. 

Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito menyampaikan, secara umum kontribusi pajak menurun pada tahun 2020 namun kembali meningkat pada 2022 bersamaan dengan pemberian HGBT. 

“Terdapat kenaikan pajak dari industri pengguna HGBT mencapai 66% di 2022 dibandingkan tahun sebelumnya,” jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (11/4).

Warsito menjelaskan lebih lanjut, dampak bersih pendapatan pajak dari internal perusahaan dan spill over effect kebijakan HGBT yang diterima oleh 7 sektor industri mencapai Rp 23,10 triliun.

Dengan mengasumsikan pendapatan negara dikorbankan untuk gas senilai US$ 3/MMBTU sehingga total biaya fiskal yang ditanggung negara senilai Rp 15,2 triliun, maka manfaat bersih yang diterima oleh negara senilai Rp 7,9 triliun per tahun. 

Secara umum Warsito menjelaskan pelaksanaan HGBT memberikan dampak positif bagi 7 sektor industri di mana secara rata-rata kebijakan ini meningkatkan utilisasi produksi sebesar 7,3% sedangkan pengaruh Covid-19 menurunkan utilisasi hingga 4,2% namun tidak signifikan. 

Kebijakan HGBT secara signifikan meningkatkan utilisasi produksi industri gelas kaca hingga 32,55% dan industri keramik 10,26%. Namun gagal meningkatkan utilisasi produksi pada industri sarung tangan karet yang turun 24,17% dan industri baja minus 6,67%. 

Adapun untuk sektor petrokimia, oleokimia mengalami peningkatan untuk memenuhi kebutuhan di masa pandemi Covid-19. 

Meski terjadi peningkatan utilisasi, terjadi penurunan tenaga kerja minus 17% yang diperkirakan diakibatkan masih belum pulihnya kondisi kerja di industri 100% (masih diberakukan WFH). 

Sampai dengan Oktober 2022 tercatat telah terealisasi investasi sebesar Rp 28 triliun nilai investasi belum terlalu menonjol akibat adanya ancaman krisis global yang isunya mulai berhembus pada awal Januari 2022. 

Sumber : newssetup.kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only