Penerimaan Pajak RI Merosot, Begini Dalih Sri Mulyani

Jakarta. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan realisasi penerimaan negara dalam APBN 2023. Hingga akhir Mei 2023, penerimaan pajak tercatat terkumpul Rp830,29 triliun atau kurang dari 50% dari target pajak tahun ini.

“Kalau kita lihat kinerja penerimaannya baik secara per bulan maupun pertumbuhan kumulatif ini memang menunjukkan penerimaan pajak pertumbuhannya makin melandai atau menurun, atau pertumbuhannya tidak sekuat seperti awal tahun. Karena. memang tahun lalu pertumbuhannya itu sudah sangat tinggi,” ungkap Sri Mulyani, dalam Konferensi Pers APBN Kita edisi Juni 2023, dikutip Selasa (27/6/2023).

Sri Mulyani melanjutkan, bila dilihat dari jenis pajaknya, PPH 21 memberikan sumbangan 11,1% persen terhadap total penerimaan negara yang pertumbuhannya secara kumulatif Januari-mei 2023 ini sebesar 16,7%.

“Ini menggambarkan bahwa di sektor tenaga kerja yang formal, tingkat upahnya relatif baik, stabil, dan bahkan meningkat. Atau mungkin juga dari sisi rekrutmen dari penciptaan kesempatan kerja, ini hal positif,” ucapnya.

Selain itu, lanjut Sri Mulyani, juga terdapat PPH badan 28,7% kontribusinya terhadap total penerimaan pajak, atau terjadi kenaikan 24,8% secara kumulatif Januari-Mei 2023. 

Untuk PPN dalam negeri juga tumbuh 32,5%, PPN impor tumbuh 4,4%, PPH orang pribadi masih tumbuh 6,9%, dan PPH 22 import tumbuh tipis 0,9% dibandingkan tahun lalu yang sudah tumbuh tinggi.

“Dari komposisi ini kita melihat bahwa dampak dari perlemahan ekonomi sudah mulai muncul walaupun kita masih melihat tren yang positif,” jelasnya.

Dilihat dari sektornya, industri pengolahan berkontribusi sebesar 27,6% dan sektor perdagangan tumbuh 9,3%, pertambangan tumbuh 62,9%, jasa keuangan tumbuh 28,2%, transportasi dan pergudangan tumbuh 46,5%, konstruksi real estate tumbuh double digit di 10,9%.

“Ini adalah pertumbuhan yang cukup sehat dan memengaruhi keseluruhan perekonomian cukup tinggi,” tutur Sri Mulyani.

Selain penerimaan pajak, Sri Mulyani menambahkan, terdapat pula penerimaan negara dari sisi bea dan cukai. Hingga akhir Mei 2023 penerimaan bea dan cukai mencapai Rp118,36 triliun atau 39,04% sudah terkumpul dari target tahun ini.

Menurut Sri Mulyani, penerimaan dari sisi bea dan cukai mengalami pertumbuhan negatif sebesar 15,64%, salah satunya akibat pengaruh lingkungan global yang menyebabkan banyak harga komoditas mengalami koreksi.

Secara keseluruhan, kata Bendahara Negara itu, bea masuk masih tumbuh positif 7,87% (yoy). Sementara, bea keluar mengalami koreksi tajam sebesar 67,52% akibat produk sawit, tembaga, dan bauksit yang mengalami koreksi cukup tajam. Penerimaan cukai hasil tembakau juga mengalami koreksi hingga 12,45%.

“Untuk bidang bea cukai tujuannya bukan hanya penerimaan negara, tapi menjaga Indonesia dari berbagai kegiatan ekspor impor yang berbahaya atau ilegal seperti penindakan-penindakan yang dilakukan oleh bea dan cukai. Dalam hal ini, untuk hasil tembakau mereka yang mencoba melakukan tindakan ilegal atau tidak membayar cukai itu mengalami lonjakan 66%,” tukasnya.

Sementara itu, kata dia, dari sisi realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) masih mengalami kenaikan cukup sehat secara 16,2% (yoy) atau mencapai Rp260,5 triliun. Dalam hal ini, telah mencapai 59,0% dari target APBN. Sri Mulyani menilai, hal itu terjadi seiring dengan meningkatnya pendapatan sumber daya alam nonmigas dan pendapatan kekayaan negara dipisahkan.

Sumber : wartaekonomi.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only